TROL, Jombang – Jombang adalah sebuah kabupaten yang berada di bagian tengah Provinsi Jawa Timur, yang tahun ini berusia 112 tahun.
Sebelumnya Jombang merupakan bagian dari kabupaten Mojokerto, yang kemudian pada 21 Oktober 1910 mulai berdiri sendiri.Dan kini dikenal sebagai kota santri.
Beberapa pondok pesantren yang terkenal antara lain Pondok Pesantren Tebuireng, Pondok Pesantren Tambakberas, Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, dan Pondok Pesantren Demanyar
Asal Usul
Salah satu versi cerita yang disebut sebagai asal-usul nama Jombang adalah Legenda Kebo Kicak dan Surontanu.
Dikutip dari buku 78 Legenda Ternama Indonesia (2022) karangan Wahyu Setyorini, konon dahulu kala wilayah Jombang menjadi lokasi pertarungan antara Kebo Kicak dan Surontanu.
Pasca meredupnya pemerintahan Majapahit, kondisi di daerah tersebut menjadi penuh dengan kekacauan.Salah satunya kemunculan Surontanu yaitu penjahat yang memiliki piaraan banteng, siluman penyebab penyakit aneh dan menimbulkan pagebluk.
Penderita yang mengeluh sakit di siang hari, malam harinya meninggal dunia. Begitu juga ketika penderita yang mengeluh sakit malam hari, siangnya meninggal dunia.
Untuk memusnahkan siluman penyebab penyakit itu, diutuslah Kebo Kicak untuk menangkap sumber penyakit.
Nama Kebo disematkan karena memang ia dikutuk menjadi kerbau oleh orang tuanya karena sifatnya yang durhaka.Namun belakangan taubat di hadapan kyai.
Kyai minta Kebo Kicak menggunakan kekuatannya untuk melawan Surontanu demi mengakhiri pagebluk tersebut.
Pertarungan keduanya berlangsung lama dan berpindah-pindah.Kesaktian Kebo Kicak dan Surontanu yang saling beradu memunculkan cahaya hijau (ijo) dan merah (abang).
Hal inilah yang kemudian disebut sebagai asal-usul nama wilayah Jombang yang berasal dari perpaduan istilah ijo dan abang.
Sumber dari Wikipedia menyebut,
Penemuan fosil Homo Mojokertensis di lembah sungai Brantas menunjukkan bahwa seputaran wilayah yang kini adalah kabupaten Jombang diduga telah dihuni sejak ratusan ribu tahun yang lalu.
Tahun 929, raja Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, diduga karena letusan gunung Merapi atau serangan kerajaan Sriwijaya.
Beberapa literatur menyebutkan pusat kerajaan yang baru ini terletak di Watugaluh. Suksesor Mpu Sindok adalah Sri Isyana Tunggawijaya (947-985) dan Dharmawangsa (985-1006). Tahun 1006, sekutu Sriwijaya menghancurkan ibu kota kerajaan Mataram, dan menewaskan raja Dharmawangsa. Airlangga, putra mahkota yang ketika itu masih muda, berhasil meloloskan diri dari serbuan Sriwijaya, dan menghimpun kekuatan untuk mendirikan kembali kerajaan yang telah runtuh. Bukti petilasan sejarah Airlangga sewaktu menghimpun kekuatan kini dapat dijumpai di Sendang Made, kecamatan Kudu. Tahun 1019, Airlangga mendirikan kerajaan Kahuripan, yang kelak wilayahnya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali, serta mengadakan perdamaian dengan Sriwijaya.
Pada masa kerajaan Majapahit, wilayah kabupaten Jombang masa kini merupakan gerbang Majapahit. Gapura barat adalah desa Tunggorono, kecamatan Jombang, sedang gapura selatan adalah desa Ngrimbi, kecamatan Bareng. Hingga kini, banyak dijumpai nama-nama desa dan kecamatan yang diawali dengan prefiks “mojo”, diantaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah, Mojotrisno, Mojongapit, Mojokuripan, dan sebagainya. Salah satu peninggalan Majapahit di Jombang adalah candi Arimbi di kecamatan Bareng.
Menyusul runtuhnya Majapahit,Jombang menjadi bagian dari kerajaan Mataram Islam.
Seiring dengan melemahnya pengaruh Mataram, kolonialisasi Belanda menjadikan Jombang sebagai bagian dari wilayah VOC pada akhir abad ke-17, yang kemudian menjadi bagian dari Hindia Belanda pada awal abad ke-18, dan juga, seperti di daerah lain, pernah diduduki oleh Bala Tentara Dai Nippon (Jepang) pada tahun 1942 sampai Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Tahun 1811, didirikan kabupaten Mojokerto, yang wilayahnya meliputi kabupaten Jombang masa kini. Jombang merupakan salah satu residen di dalam kabupaten Mojokerto. Bahkan Trowulan (di mana merupakan pusat Kerajaan Majapahit), masuk dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling) Jombang.
Alfred Russel Wallace (1823-1913), naturalis asal Inggris yang memformulasikan Teori Evolusi, dan terkenal akan Garis Wallace, pernah mengunjungi dan bermalam di Jombang ketika mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.
Tahun 1910, Jombang memperoleh status kabupaten, yang memisahkan diri dari kabupaten Mojokerto, dengan Raden Adipati Arya Soeroadiningrat sebagai bupati Jombang pertama.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai salah satu kabupaten di propinsi Jawa Timur
Pemerintahan
Pusat pemerintahan kabupaten Jombang terletak di kecamatan Jombang dan memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79 km dari barat daya Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
Luas wilayah kabupaten Jombang yakni 1.159,50 km².Pada tahun 2021, penduduk Jombang mencapai 1.325.914 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.143 jiwa/km2.
Pertanian
Sektor pertanian menyumbang 38,16 persen total PDRB kabupaten Jombang. Sektor pertanian digeluti oleh sedikitnya 31 persen penduduk usia kerja. Sistem pengairan juga sangat ekstensif dan memadai, dan 83 persen diantaranya merupakan irigasi teknis.Sedikitnya 42 persen lahan di Jombang digunakan sebagai area persawahan.
Industri Manufaktur
Sektor industri manufaktur menyumbang PDRB kabupaten terbesar ketiga setelah pertanian, dan perdagangan.
Industri besar merambah pasar luar negeri diantaranya adalah PT Pei Hai Wiratama Indonesia (produk sepatu, topi, dan T-Shirt dengan brand “Diadora” dan “Fila”) di Jogoloyo (Jogoroto); PT Japfa Comfeed (produk makanan ternak) di Tunggorono (Jombang); PT Usmany Indah (produk kayu olahan); MKS-Sampoerna (produk rokok) di Ploso dan Ngoro; PT Cheil Jedang Indonesia (produk industri kimia setengah jadi) di Jatigedong (Ploso); PT Cheil Jedang Superfeed (produk pakan ternak) di Mojoagung; PT Mentari International (produk mainan anak) di Tunggorono (Jombang); serta PT Seng Fong Moulding Perkasa (produk ubin kayu). Kabupaten Jombang juga memiliki dua pabrik gula: PG Djombang Baru di Kecamatan Jombang dan PG Tjoekir di Kecamatan Diwek.
Sebanyak 96 persen industri manufaktur di kabupaten Jombang merupakan industri kecil, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 60 persen. Industri kecil yang merambah pasar luar negeri adalah industri kerajinan manik-manik kaca (di desa Plumbon-Gambang, kecamatan Gudo) dan industri kerajinan cor kuningan (di desa Mojotrisno, Mojoagung). Kedua kerajinan tersebut adalah khas Jombang.( narsih, dari berbagai sumber)