foto:Putri /dok pribadi
TROL,Tulungagung – Biasa dipanggil Putri, sejak belajar di PAUD di desanya Bono – Boyolangu mengaku suka dengan tari.
Ditemui di kawasan GOR Lembu Peteng Tulungagung yang tampil sebagai pengisi acara event tingkat nasional Jum’at 24 Pebruari 2023 ia mengatakan selalu mendapat dukungan dari orang tuanya.” Ya sering juga diantar ibu, bapak kata dia.
Pemilik nama lengkap Eva Putri Elviani yang kini tercatat sebagai murid kelas 9 SMP negeri Boyolangu di Tulungagung ini belajar menari di sanggar Rarasati yang tak jauh dari tempat tinggalnya di desa Bono.
Awal pentas dulu kelas
1 SD sama pelatih sanggar Rarasati dipentaskan di lapangan desa gugup luar biasa, namun setelah pentas di beberapa kesempatan lama – lama terbiasa, jelas Putri.
Diketahui Putri belajar pada sanggar Rarasati bersama teman – temanya, ia tampil pada banyak pementasan termasuk mengikuti festival tari tingkat propinsi yang dilaksanakan di Tulungagung.Selain itu dia sering tampil pada pementasan saat perayaan Agustus-an di desanya.
Baginya menari adalah bagian dari pendidikan mental ” ya kan dulu – dulu gugup , sekarang biasa – lah” kata putri dengan santai.
Putri yang telah beberapa kali pentas bersama sanggar Rarasati mengaku berlatih tari akan membantu dalam adab bergaul, di sekolahnya ia aktif di Pramuka.
” Bangga banget bisa menari dan pentas di hadapan penonton ” lanjut dia. Yang paling sering pentas saat kelas 2 dan kelas 3 SD , lanjutnya.
Pada pementasan di GOR Lembu Peteng Putri menarikan tari Gambyong Marikangen, yang tampil bersama 2 rekanya.
Tari Gambyong adalah tari tradisional yang berasal dari Surakarta provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan iringan gendingnya, tari Gambyong mempunyai berbagai ragam, yaitu Gambyong Pareanom, Gambyong Pancerana, dan Gambyong Pangkur.
Tarian ini sudah ada sejak zaman dahulu dan mulai ditampilkan di lingkungan Istana Mangkunegaran pada era 1916-1944. Gambyong menjadi terkenal karena gerakan yang halus dan anggun sehingga membuat kagum penonton yang melihat.
Sejarah Tari Gambyong
Dikutip dari arsip pada situs resmi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Serat Centhini, kitab yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV (1788-1820) dan Pakubuwana V (1820-1823), telah menyebut adanya gambyong sebagai tarian Tledhek.
Pada masa itu, salah seorang penata tari pada pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893) K.R.M.T. Wreksadiningrat menggarap tarian rakyat ini agar pantas dipertunjukkan di kalangan para bangsawan atau priyayi.
Tarian rakyat yang telah diperhalus ini menjadi populer dan biasa ditampilkan di hadapan para tamu di lingkungan Istana Mangkunegaran.
Perubahan penting pada tari Gambyong terjadi ketika pada tahun 1950, Nyi Bei Mintoraras, seorang pelatih tari dari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII, membuat versi gambyong.
Koreografi ini dipertunjukkan pertama kali pada upacara pernikahan Gusti Nurul, saudara perempuan Mangkunegara VIII, di tahun 1951. Tarian ini disukai oleh masyarakat sehingga memunculkan versi-versi lain yang dikembangkan untuk konsumsi masyarakat luas.
Makna Tari Gambyong
Makna Tari Gambyong diumpamakan seorang dewi padi (Dewi Sri) yang tengah menari. Oleh sebab itu, dulu tari ini digunakan untuk upacara ritual pertanian demi mendapat kesuburan padi dan panen yang melimpah.
Dalam perkembangannya, tari Gambyong telah diangkat sebagai sebuah hiburan memeriahkan acara resepsi perkawinan, hingga menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan.
Ciri Tari Gambyong
Adapun ciri khusus Tari Gambyong di antaranya:
– Pakaian yang digunakan bernuansa warna kuning dan warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan.
– Sebelum tarian dimulai, selalu dibuka dengan gendhing Pangkur.
– Teknik gerak, irama iringan tari dan pola kendhangan mampu menampilkan karakter tari yang luwes, kenes, kewes, dan tregel.
Gerakan Tari Gambyong
Gerakan Tari Gambyong terdiri dari tiga bagian, yakni awal, isi, dan akhir. Keunikan tari Gambyong berada pada gerakan yang berfokus pada kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala.
Gerakan mengiringi atau mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang arah jari tangan. Setiap gerakan bahkan beriringan dengan lantunan musik yang dibawakan.
Pembuka tarian juga diiringi dengan gendhing Pangkur. Kemudian, irama ini membuat teknik gerakan ditampilkan para penari dengan luwes, kenes, kewes, dan tregel.
Biasanya para penari Tari Gambyong dilengkapi dengan sanggul dan kemben. Walaupun begitu, penampilan mereka tetap elegan dan menunjukkan ekspresi anggun.(rara)