TROL, Sumenep – Didik cako sapaan akrabnya, Ketua Umum LSM BIDIK (Barisan Investigasi Dan Informasi Keadilan). Kini mencium Bau busuk mulai terendus yang diduga terjadi di Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Sumenep, Jawa Timur.
Berdasarkan data yang dikantonginya kepada media ini Didik mengatakan bahwa F merupakan inisial salah satu oknum mantan kepala unit BRI Kecamatan Gapura Sumenep diduga terlibat dalam sindikat perampok anggaran dana Program Indonesia Pintar (PIP) tahun 2021 lalu.
Seperti diketahui Pada tahun 2021, F menjabat sebagai kepala unit BRI Gapura.
Keganasan sindikat perampok uang Negara itu berhasil menggarong uang dana PIP milik salah satu yayasan di desa Lenteng Timur, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep tahun anggaran 2021
- Didik menduga Dalam aksinya F, tidak mungkin sendirian, seperti diketahui ia tentu melibatkan banyak pihak, selain dari orang dalam sendiri tentu ada oknum Kepala Sekolah hingga kuat sekali dugaaan ada keterlibatan oknum anggota DPR RI
Didik menyampaikan,” Saya menduga Mafia oknum Perbankan ini tidak hanya melakukan aksinya di tahun 2021 sampai tahun 2022 kemungkinan besar modusnya sudah berjalan lama namun saat ini mereka apes tercium bekasnya di hidung saya”, ucap Didik ke media ini Rabu (24/5)
Ia menambahkan”, dalam waktu dekat Didik akan membawa persoalan ini ke ranah hukum, ia merasa persoalan ini tidak cukup untuk di laporkan di daerah namun ini harus dibawa ke pusat. Saya menduga banyak petinggi perbankan yang terlibat dalam persoalan ini, saya yakin sekali ini sindikat”, tambahnya
Penelusuran media saat menemui pemilik Yayasan menceritakan ke media ini, kala itu pemilik yayasan menerima laporan dari kepala sekolah bahwa dirinya sebagai kepala Sekolah dicurigai oleh wali murid terkait pencairan dana PIP.
Selanjutnya pemilik Yayasan dan Kepala Sekolah mendatangi ke kantor BRI Unit Lenteng untuk meminta print out. Dari tempat itu lah diperoleh data transaksi. Bahwa dana PIP tersrbut dicairkan melalui BRI Unit Gapura.
Namun tidak samapai di situ, pemilik yayasan yang sekaligus juga sebagai pengusaha itu merasa tidak puas, dia berusaha mencari tahu siapa sebenarnya Mafia besar yang menjadi aktor intelektual perampokan bantuan Negara untuk siswa tidak mampu itu.
Karena tak puas hanya mendapat keterangan print out transaksi, perdebatan pun terjadi antara pemilik yayasan dengan MBM BRI Cabang Sumenep berinisial C.
C, mengatakan bahwa BRI adalah bank dengan sistem yang susah untuk dibobol, namun jawaban itu dibantah oleh pemilik yayasan. Kejadian itu pun berlanjut hingga malam hari di kediaman pemilik yayasan.
Setelah Sholat Magrib, pemilik yayasan tiba-tiba didatangi orang tak dikenal berinisial JN mengaku bahwa dirinya diperintah oleh seseorang untuk menyerahkan titipan uang puluhan juta rupiah.
- “Dari inisial JN ini kemudian diperoleh nama beberapa orang termasuk F Pimpinan Bank BRI Unit Gapura, dan muncul juga inisial S Oknum Kepala Sekolah di daerah kepulauan”, jelas Pemilik Yayasan
Kemudian keesokan harinya, F selaku Pimpinan BRI Unit Gapura mendatangi kediaman pemilik yayasan. Dia menjelaskan bahwa pembuatan rekening yang diajukan oleh S sudah sesuai prosedur standar operasional (SOP).
“Karena belum puas, pemilik yayasan meminta F untuk mendatangkan S sebagai pembuat rekening duplikat siswa penerima PIP,” lanjutnya
Berikutnya, sekitar tiga hari kemudian, beberapa sindikat mafia ini kembali datang ke kediaman pemilik yayasan. Berdasarkan keterangan S, diperoleh informasi bahwa dirinya melakukan tindakan itu lantaran dimotori oleh anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar.
- “S mengaku hanya melakukan tindakan yang sama kayak gitu di 40 lembaga pendidikan,” tutupnya
Untuk mendapat akurasi data, sejumlah media mendatangi kantor BRI Unit Gapura pada Jumat (19/05) lalu. Namun Pimpinan BRI Unit Gapura sedang bertugas di lapangan. Menurut satpam yang betugas di pintu masuk, pimpinannya baru bisa ditemui pada pukul 13.00 WIB.
Berikutnya, media melakukan upaya konfirmasi langsung lewat pesan Whats’App. Hingga, Senin (23/05) F Pimpinan BRI Unit Gapura masih belum bisa ditemui dengan alasan sibuk Yang bersangkutan hanya mengaku bahwa masalah tersebut sudah diselesaikan.
“Oh masalah itu udah diselesaikan setahun yang lalu Mas. Sudah dikembalikan utuh ke kepala sekolah,” ujarnya. (hartono)