Sempat Curhat Begini, Siswi SMKN Yatim Piatu itu Pilih Akhiri Hidup

foto : gatra

TROL, Purworejo –  Mawar putih segar menebar di atas pusara yang hanya ditandai dengan batu dan pohon pisang. Di tempat itulah, jasad UH, 21 tahun, siswi sebuah SMKN di Purworejo, Jawa Tengah dimakamkan.

Siswi kelas XII itu nekat mengakhiri hidupnya tanpa meninggalkan pesan apa pun yang bisa mengungkap penyebab pasti mengapa ia mengambil jalan pintas menghilangkan nyawanya sendiri.

Peristiwa menyedihkan ini pun bertambah heboh saat ada pengguna media sosial yang mengunggahnya di grup facebook. Parahnya, dibumbui dengan kata-kata provokatif yang menyebut gadis pendiam itu bunuh diri karena jadi korban bullying.

Pakdhe korban, Muhtarom, 48 tahun, saat ditemui di rumah duka di kecamatan Gebang menceritakan kronologi hingga keseharian selama UH hidup.

“Hari Jumat kemarin (22/9) almarhumah sempat Whats App (WA) ke saya. Dia bilang ‘Ada masalah Pakdhe, mau keluar sekolah, mau kerja saja’. Saya nasihati agar sabar, kalau ada tugas ya dikerjakan saja, kan sebentar lagi lulus sekolah. Tapi dia tidak mau menjelaskan apa masalahnya. Hari Sabtunya, dapat kabar UH sudah tidak ada,” kata Muhtarom yang tinggal di Jakarta ini, Senin (25/9).

Ia lantas melanjutkan, awalnya, Sabtu (23/9) UH yang merupakan yatim piatu ini pergi tanpa pamit ke neneknya. Sehari-hari, almarhumah hanya tinggal dengan sang nenek karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia.

“Almarhumah ditinggalkan ibunya, Murtiningsih (meninggal) sejak usia 4 bulan. Kemudian beberapa tahun lalu ayahnya yang bernama Mujiono juga meninggal. Sejak bayi sudah diasuh neneknya. Awalnya, Sabtu pagi itu pergi ke kebun, pulang bawa singkong. Kemudian sekitar pukul 9 pergi lagi, sampai malam tidak pulang-pulang. Kemudian keluarga dibantu warga kemudian mencari UH, tapi tidak ketemu,” papar Muhtarom.

Mereka pun terus mencari hingga Minggu sore (24/9) keluarga menemukan UH sudah tak bernyawa di ladang. Keluarga UH pun telah menerima peristiwa ini sebagai musibah dan menolak dilakukan otopsi, selanjutnya almarhumah dimakamkan di TPU desa setempat.

Sehari-hari, siswi yang sedang magang di sebuah rumah mode (penjahit) di daerah Grantung, kecamatan Bayan ini dikenal pendiam dan pemalu. Bahkan saking pemalunya, almarhumah jarang sekali mau diambil gambarnya dan selalu menutup wajahnya jika diajak foto bersama.

Sementara itu, kepala sekolah tempat UH belajar, Agus Triyana membenarkan bahwa pelaku bunuh diri adalah muridnya. “Kami sangat terkejut, shock karena baru rapat untuk penarikan siswa siswi yang selesai PKL. Apalagi di.medsos ramai bahwa almarhumah korban bullying. Selama ini tidak ada laporan bullying, almarhumah juga tidak pernah bermasalah di sekolah. Anaknya rajin, ceria, aktif dan banyak bertanya kalau di sekolah,” kata Agus didampingi Waka Kesiswaan, Wahidin.

Agus menjelaskan, saat ini pihaknya juga masih menyelidiki dugaan bullying yang menimpa UH. Pihak SMK juga telah merencanakan membuat hotline centre untuk murid yang sedang mengalami masalah.

“Kami sedang menggodok aturan-aturan sekolah mengenai stop bullying. Kami imbau agar anak-anak yang merasa memiliki masalah, berceritalah. Atau bisa juga ke guru BK. Guru BK kami profesional, ada yang lulusan psikologi,” imbau Agus.

Kasat Reskrim Polres Purworejo, AKP Andre Birowo melalui sambungan telepon membenarkan peristiwa bunuh diri tersebut. “Begitu mendapat informasi, kami segera mendatangi rumah dan bertemu keluarga korban, memang bunuh diri, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Keluarga juga menolak otopsi,” kata Andre.

Andre membenarkan jika saat ditemukan ada lakban hitam menutup mulut UH, seperti dalam foto yang beredar. Namun keluarga menolak otopsi dan telah menerima dinyatakan bunuh diri.

Bunuh diri adalah masalah kejiwaan, berita ini ditulis bukan dimaksudkan untuk menginspirasi pembaca melakukan hal yang sama. Pembaca yang merasa memiliki masalah dan memiliki kecenderungan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.(*)

 

*gatra.com

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *