Hukrim  

Kasus Pembunuhan Ngantru, Minta Bantuan Hotman 911

TROL, Tulungagung– Keluarga korban kasus pembunuhan pasangan suami istri (Pasutri)di desa Ngantru Tulungagung minta bantuan hukum pada pengacara kondang Hotman 911.

Sebab anak korban menduga ada kejanggalan dalam pembunuhan kedua orang tuanya pada Rabu (28/6/23) lalu.

Keluarga korban pun sudah menyerahkan pengurusan kasus hukum tersebut pada Tim Hotman 911.

Perwakilan Tim Hotman 911, Thomas saat pers rilis di salah satu cafe di Tulungagung mengatakan sudah mendatangi polres bersama keluarga korban, Jumat (21/7).

Kedatangannya untuk mendorong penyidik melakukan pengembangan kasus tersebut. Sebab disinyalir ada aktor intelektual dalam kasus tersebut.

Hal itu berdasarkan keterangan saksi dan anak korban yang melihat ada orang lain di luar rumah korban saat kejadian.

“Pada 21.30 WIB sebelum kejadian tersangka memasuki halaman rumah, di luar rumah ada dua orang misterius. Hal itu disampaikan korban melalui anaknya,” tuturnya.

Hal mengganjal lainya adalah tersangka sempat mendatangi salah tokoh masyarakat. Bahkan tokoh masyarakat tersebut dan kuasa hukum tersangka mendampingi tersangka menyerahkan diri ke Polisi.

“Kami menduga kasus ini sudah direncanakan dan disetting. Makanya kami meminta penyidik untuk mengembangkan dugaan pelaku lain,” terangnya.

Pria berkulit sawo matang tersebut menambahkan, penerapan pasal 388 KUH Pidana terhadap tersangka juga dianggap janggal.

Pasalnya, pada saat kejadian tersangka memiliki jeda waktu dalam mengeksekusi korban pertama dan kedua. Bahkan tersangka sudah menyiapkan beberapa barang untuk mengeksekusi korban.

“Makanya kami meminta agar penyidik mengkaji ulang untuk penerapan pasal. Harapan kami, bisa diterapkan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana,” paparnya.

Thomas melanjutkan, penyidik hanya terpaku pada keterangan tersangka yang motifnya dianggap tidak masuk akal. Sebab menurut keterangan anak korban, orang tuanya tidak pernah berhubungan dengan tersangka.
Apalagi sampai melakukan jual beli batu akik seperti yang dikabarkan selama ini.

“Namun penyidik masih menunggu hasil forensik handphone milik korban. Dan pada minggu depan akan dilakukan olah TKP,” jelasnya.

Pihaknya tak segan membantah jika ditemukan ketidaksesuaian antara fakta dan reka adegan nanti.

Tim Hotman 911 berharap kasus ini bisa terungkap terang, sehingga memberikan keadilan bagi korban.

Sementara itu anak korban, Gustama katakan menemukan banyak kejanggalan dalam kasus pembunuhan kedua orangtuanya.

Seperti hubungan antara korban dan tersangka yang menurutnya tidak pernah menjalin hubungan.

“Bapak saya tidak pecinta akik. Jadi aneh kalau membeli akik dengan harga segitu,” ucapnya.

Selama ini, korban tidak pernah menceritakan punya musuh. Dan korban selalu menceritakan segala hal kepada anak-anaknya.

“Bapak saya tidak pernah cerita punya kenalan tersangka. Dan baru kali itu, tersangka datang ke rumah saya,” ujarnya.

Selain itu, pada 21.30 WIB sebelum kejadian, anak bungsu korban menceritakan bahwa ada satu orang yang masuk ke halaman rumah. Sedangkan ada dua orang yang tidak dikenal berada di luar pagar rumah.

“Adik saya tau itu dari bapak saya. Tepatnya sebelum peristiwa pembunuhan. Makanya kami curiga bahwa pelaku mungkin tidak hanya satu,” tuturnya.

Hal yang janggal lagi adalah, ketika tersangka menyerahkan diri ke Polres Tulungagung dengan pendampingan kuasa hukum serta tokoh masyarakat. Dimana, pada saat olah TKP, dia mengetahui bahwa tokoh masyarakat itu berada di lokasi.

“Tersangka sempat pergi ke rumah tokoh masyarakat itu setelah membunuh orang tua saya. Dan pada saat olah TKP tokoh masyarakat itu juga ada. Disisi lain, tokoh masyarakat itu masih terhitung keluarga,” ungkapnya.

Setelah peristiwa pembunuhan, adik bungsu korban sempat mendapatkan teror dari nomor yang tidak dikenal. Dari suaranya, orang tak dikenal itu adalah laki-laki.

“Jadi usai pembunuhan, adik saya mengirimkan pesan ke grup-grup whatsapp untuk meminta doa. Setelah itu dia mendapatkan telfon dari orang asing,” paparnya.

Selain itu juga adanya 2 orang misterius di depan rumah korban sebelum kejadian berlangsung, padahal tersangka sudah ada dalam rumah korban.

“Karena kami butuh orang hebat untuk mengungkap kasus ini sejelas-jelasnya dan seadil-adilnya,” pungkasnya.

Sebelumnya, Tri Suharno dan Ning Nur Rahayu ditemukan meninggal dalam keadaan mengenaskan di ruang karaoke keluarga pada Rabu (18/6/23) lalu.

Kuat dugaan keduanya menjadi korban pembunuhan, sebab ditemukan banyak luka pada tubuh korban, dan jenazah Tri Suharno dalam keadaan terikat tali karet. Tak butuh waktu lama, pelaku akhirnya terungkap. Pelaku ternyata masih tetangga korban. Pelaku bernama Edi Purwanto atau yang dikenal sebagai Edi Glowoh.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *