foto : kepala bkkbn, Hasto Wardoyo usai menghadiri acara edukasi dan intervensi stunting untuk bidan di Blitar, Selasa (22/8).
TROL, Blitar – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan angka stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen pada 2024.
Hal itu disampaikan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo usai menghadiri acara edukasi dan intervensi stunting untuk bidan di Blitar, Selasa (22/8).
“Pada 2024, kami menargetkan angka stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen,” kata Hasto.
Hasto mengatakan, angka stunting di Indonesia pada 2021 sekitar 24,8 persen dan turun menjadi 21,3 persen pada 2022.
Data dari BKKBN diketahui bahwa angka stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen. Jumlah tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia yakni 14 persen di akhir 2024 mendatang.
Untuk mewujudkan hal itu BKKBN pun berkoordinasi dengan para bidan agar memberikan pengetahuan kepada para ibu tentang pentingnya parenting, dan gizi anak.
“Angka stunting sudah turun dari 21,6 persen dari 24,8 persen ini berharap akhir tahun ini turun 3 persen sehingga kalau turun tiga persen terus akhir 2024 menjadi 14 persen,” kata Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN, Selasa (22/8).
Ada 3 Faktor
BKKBN menyebut ada tiga hal penyebab stunting yang perlu diwaspadai, antara lain :
Pertama soal sub optimal heart atau faktor kesehatan,dimana anak atau bayi banyak yang mengalami sakit seperti mencret atau demam
Kedua sub optimal nutrisi atau kekurangan asupan nutrisi seperti tidak disusui dengan baik.Justru ada banyak ibu yang enggan menyusui anaknya. Dengan alasan berbagai macam mulai dari sibuk bekerja hingga air susu ibu yang tidak keluar. Untuk faktor ASI tidak keluar jumlahnya bahkan mencapai 65 persen
Ketiga sub optimal asuhan atau parenting banyak anak yang dititipkan itu juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak yang bisa berujung pada stunting.
Maka dari itu, BKKBN minta agar para bidan memberikan pendampingan kepada para ibu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak. Pemberian ASI dan makanan bergizi juga harus dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting.
Di sisi lain, kata Hasto, pencegahan juga perlu terus dilakukan untuk menekan angka stunting.
Misalnya, bayi dengan panjang kurang dari 48 sentimeter dan berat kurang dari 2,5 kilogram yang berisiko stunting harus diberi ASI ekslusif dan makanan pendamping.
Tak hanya itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan mencegah terjadinya anemia bagi calon ibu saat hamil termasuk menjaga berat badan saat akan menikah.
“Mencegah ibu hamil tidak mengalami anemia juga bagian pencegahan terjadinya stunting,” katanya.(jokopam*)
* dari berbagai sumber