foto : Ilustrasi /wajakensis
TROL, -Sekurangnya ada 478 suku dan 742 bahasa daerah di Indonesia. Salah satunya Wajak, suku tertua yang menghuni desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, sekitar 500 ribu tahun silam.
Keberadaan suku ini diketahui ketika seorang penelitiq B.D Von Rietschoten menemukan fosil Homo Wajakensis di lereng pegunungan karst di kecamatan Campurdarat, pada 24 Oktober 1888.
Dia menemukan tengkorak, rahang bawah, dan tulang leher manusia Wajak. Berdasarkan temuan itu, peneliti menyimpulkan ada kesamaan antara manusia Wajak dengan penduduk asli suku Aborigin.
Peneliti memperkirakan suku Wajak menghilang dari Indonesia sekitar 20 ribu tahun silam ketika gunung Dempo, gunung Toba, dan gunung Krakatau meletus. Mereka kemudian meninggalkan Tulungagung dan hijrah ke pulau Jumano dan pulau Ainu, Jepang.
Berdasarkan hasil penelitian B.D Von Rietschoten, manusia Wajak tinggal di dalam gua dan dekat dengan rawa-rawa dan pantai. Alasannya, agar mereka mudah mencari bahan makanan.
Suku Wajak juga dikenal cerdas karena sudah mengenal sistem penguburan manusia dan mereka hidup berpindah menggunakan perahu yang mereka buat dari sebatang pohon.
Homo Wajakensis sejatinya masuk dalam jenis Homo Sapiens. Mengacu tulisan Amurwani Dwi dan kawan-kawan dalam buku ajar Sejarah Indonesia kelas 10 SMA (2014:24), Homo Sapiens diartikan ‘manusia sempurna’ baik dari segi fisik, volume otak, maupun postur tubuh, yang tak jauh beda dengan manusia modern.
Terkadang Homo Sapiens juga disebut ‘manusia bijak’, lantaran mereka dianggap sudah cukup maju dalam berpikir untuk mengatasi tantangan alam.
Adapun dalam Modul Sejarah Indonesia (2020:7) tulisan Mariana, di Indonesia juga ditemukan Homo Sapiens lain yang serupa dengan Homo Wajakensis, yakni Homo Soloensis yang lokasi penemuannya di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo.
Penemu dan Lokasi Homo Wajakensis
Menurut laman Kemendikbud, fosil Homo Wajakensis ditemukan pertama kali oleh B.D. van Rietschoten pada 1889, di desa Wajak, Tulungagung. Temuan manusia purba jenis ini juga tercatat sebagai yang pertama di Asia.
Fosil Homo Wajakensis yang ditemukan terdiri dari tengkorak, rahang bawah, serta beberapa bagian tulang leher. Fosil tersebut dideskripsikan berjenis kelamin perempuan, dengan usia sekira 30 tahun.
Setahun berselang atau pada 1890, seorang arkeolog bernama Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba jenis serupa, juga dilokasi yang sama. Fosil temuan Dubois terdiri dari tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang paha, serta tulang kering.
Penelitian menyimpulkan bahwa fosil Homo Wajakensis temuan Dubois berjenis kelamin laki-laki, dan terindikasi memiliki otot yang terlihat jelas.
Susunan gigi fosil temuan Dubois diklaim dapat menyentuh tekstur atas dan bawah saat menutup mulut. Mengacu fosil tulang pahanya, disimpulkan bahwa Homo Wajakensis kedua memiliki tinggi sekira 173 cm (Sejarah Indonesia, 2014:27).
Dugaan persebaran manusia purba yang lantas berevolusi menjadi manusia modern banyak diteliti serta diperbincangkan oleh para arkeologis maupun sejarawan. Tak terkecuali juga perkiraan bahwa sub-ras Melayu Indonesia berasal dari Homo Sapiens kelompok Homo Wajakensis yang tersebar di seantero kepulauan.
Homo Wajakensis setelah berevolusi memang disebut punya kemiripan dengan ras Mongoloid, sub-ras Melayu Indonesia. Tak hanya itu, Homo Wajakensis juga turut dikaitkan dengan terbentuknya keturunan ras Austroloid.
Berikut ciri-ciri Homo Wajakensis, dikutip dari laman Kemendikbud:
Memiliki volume otak sekitar 1630 cc.Memiliki tulang tengkorak, rahang atas-bawah, serta tulang paha dan tulang kering.
Muka datar dan lebar.
Rahang tergolong padat dan memiliki gigi yang besar.
Tinggi tubuh sekira 173 cm.(rara)*
*diambil dari berbagai sumber