TROL, – Premanisme bukan hal baru dalam kehidupan sosial . Istilah “preman” sendiri memiliki perjalanan panjang dan berubah maknanya seiring waktu. Namun keberadaanya tetap tidak berubah yaitu meresahkan masyarakat.
Kata “preman” berasal dari bahasa Belanda: vrijman, yang berarti “orang merdeka” atau “bebas” – metrotvnews.com.
Kenyataanya banyak dari vrijman ini menjadi kelompok yang menggunakan kekuatan fisik untuk mempengaruhi sekitarnya. Disinilah awal mula premanisme muncul di tengah masyarakat.
Preman juga istilah untuk menyebut orang yang kesehariannya melakukan pemerasan atau membuat keresahan ditengah masyarakat.
Ditulis oleh the conversation “dalam teks-teks akademis, istilah untuk preman yang sering digunakan antara lain adalah “gangster” , “bandit”, “mafia”, dan “kelompok kriminal terorganisasi” (organized crime). Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan (United Nations Office on Drugs zand Crime, UNODC) suatu kelompok kriminal layak disebut organized crime bila memenuhi lima kriteria.
Kriteria itu adalah berorientasi pada keuntungan usaha; telah terorganisasi dalam periode yang lama; kerap menggunakan kekerasan dan menyuap aparat; mendapatkan keuntungan yang besar dari penyediaan jasa atau barang ilegal; dan melakukan perluasan bisnis jahat ke sektor bisnis formal.
Suatu kelompok organized crime yang solid dan berpengaruh lazimnya berawal dari kelompok geng dengan jumlah anggota terbatas dan awalnya hanya melakukan kejahatan-kejahatan ringan.
Di Indonesia kelompok preman
pada awalnya, sebagai penjagaan keamanan suatu kawasan tertentu seperti lahan parkir, tempat hiburan, dan pasar.
Tujuan utamanya adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi dan bukan faktor ideologi atau keyakinan tertentu.
Mereka menganut dua prinsip yaitu menyelesaikan tugas dan menunjukan loyalitas. Bisa saja preman yang melakukan kekerasan oleh atasan dianggap sebagai loyalitas.
Pemerintah tidak boleh kalah dengan preman, tetapi tidak boleh pula merespons premanisme dengan cara-cara preman. Pemerintah perlu menanggulangi premanisme secara komprehensif dengan melihat masalah ini sebagai masalah kesejahteraan.
(winarto, wakil ketua SWI jawa timur)