Grebeg Suro Kirab Budaya Desa Winong

TROL, Tulungagung- Desa winong kecamatan Kedungwaru kabupaten Tulungagung memiliki sejarah unik yang berbeda dari desa-desa lain. Bersama 2 desa lainnya yaitu Majan dan Tawangsari, desa Winong dahulu dikenal sebagai desa ” PERDIKAN” yang artinya adalah desa tersebut bisa menjalankan roda pemerintahan sendiri serta terbebas dari kewajiban pemerintah RI seperti membayar pajak PBB dan lain sebagainya namun disisi lain juga tidak pernah mendapatkan bantuan pembangunan dari pemerintah.

Pada tahun 1979 status tanah/ desa perdikan sudah resmi di hapus dan desa winong berubah menjadi desa biasa seperti desa-desa yang lain. Tapi sebagai desa yang dulu memegang erat budaya kerajaan Mataram Islam berbagai budaya warisan mataram masih melekat pada sebagian besar masyarakat desa winong terutama yang masih mempunyai garis keturunan darah dengan para pendiri desa yang biasa disebut Sentono Dalem. Melalui paguyuban Pasendawi( paguyuban sentono dalem winong) kebudayaan mataram masih dilestarikan sampai sekarang, contohnya adalah acara Grebeg Suro.

Agus satoto, kepala desa Winong sangat mendukung kegiatan pelestarian budaya yang diprakarsai oleh paguyuban Pasendawi. Menurut Agus kebudayaan peninggalan leluhur dari Kerajaan Mataram Islam yang ada di desa Winong harus tetap diteruskan karena selain mempunyai nilai-nilai luhur juga sangat berkaitan dengan sejarah desa Winong. ” Di tengah-tengah besarnya pengaruh budaya modern, nilai-nilai kebudayaan lama sebagai warisan leluhur harus tetap dilestarikan, ” . Terang Agus. Salah satu implementasi dari upaya mempertahankan nilainya budaya tersebut, pemerintah desa Winong berkolaborasi dengan paguyuban Pasendawi melaksanakan kegiatan kirab budaya “Grebeg Suro ” yang dilaksanakan pada Rabu (24/8). ” Mumpung bertepatan dengan peringatan dirgaharu RI ke 77, kegiatan kirab budaya tahun ini kita laksanakan bersama dengan pawai karnaval kemerdekaan, “. Ungkap Agus Satoto.

Sementara itu Ari Wulantoro, perwakilan dari paguyuban Pasendawi menyampaikan apresiasi kepada kepala desa Winong beserta seluruh aparatur pemerintah desa Winong yang telah memberikan wadah kepada paguyuban Pasendawi untuk melestarikan budaya peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang ada di desa Winong ini. Selain itu Ari Wulantoro juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk bersama- sama melestarikan nilai-nilai luhur kebudayaan warisan leluhur. ” Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, warisan dan budaya para leluhur, mari bersama-sama kita jaga nilai-nilai luhur ini di tengah maraknya pengaruh negatif perkembangan jaman modern, ambil positifnya tinggalkan negatifnya, “. Ungkap Ari Wulantoro. (Naryo/adv).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *