foto : antara
TROL, Surabaya – Jatim tengah dilanda fenomena bediding. Daerah lain termasuk sebagian Jawa Barat.
Akibatnya suhu udara terasa lebih dingin dari biasanya meski saat sudah memasuki musim kemarau.
Prakirawan Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas III Banyuwangi, I Gede Agus Purbawa mengatakan, turunnya suhu udara pada musim kemarau ini, karena Jawa Timur termasuk Banyuwangi, memasuki siklus tahunan, yang banyak dikenal dengan istilah fenomena bediding.
“Bediding itu istilah untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau atau kondisi dengan suhu lingkungan terasa lebih dingin dibandingkan normalnya,” kata, Gede, Rabu (19/7).
Gede, menjelaskan, jika fenomena bediding atau turunnya suhu rata-rata tersebut, tak hanya melanda Banyuwangi. Namun juga, Indonesia bagian selatan mulai dari pulau Jawa bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Fenomena Bediding di Banyuwangi sudah masuk pada akhir bulan Juni lalu dan diprediksi pada bulan Agustus mendatang suhu udara akan bertambah dingin. Dan pada bulan-bulan tersebut suhunya paling dingin dalam setahun,” jelasnya.
Penyebab fenomena bediding tersebut karena adanya pergerakan massa atau tiupan udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati sebagian selatan wilayah Indonesia yang dikenal dengan Monsun atau Muson dingin Australia. Pasalnya, pada bulan ini Australia memasuki musim dingin atau Winter.
“Hal ini juga terjadi karena gerak semu matahari yang berposisi di utara bumi, jadi wilayah bumi bagian selatan equator sedang dingin,” papar, Gede.
Suhu Terendah Capai 16 Derajat
“Ditambah lagi, puncak musim kemarau Agustus itu tutupan awan sedikit, jadi pantulan sinar matahari dilepaskan ke atmosfer tidak ada penghalangnya, semakin dingin lagi bulan itu,” tambah, Gede.
Dari data BMKG Banyuwangi, sebaran suhu di Banyuwangi pada fenomena Bediding di kisaran 16 Derajat Celcius untuk suhu terendah dan 31 Derajat Celcius suhu tertingginya dan untuk suhu rata-rata dikisaran angka 21-25 Derajat Celcius.
“Namun, sebaran suhu Banyuwangi tergantung dari wilayah dan waktu. Semakin tinggi wilayahnya akan semakin dingin,” ucap, Gede.
“Dihimbau masyarakat beraktifitas biasa, namun jangan lupa untuk menggunakan kostum yang sesuai,” imbuhnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap suhu yang terasa lebih dingin di beberapa wilayah Jawa, termasuk Bandung, Jawa Barat, terkait dengan musim kemarau dan minimnya tutupan awan.
Menurut BMKG, suhu di Bandung terendah mencapai 20 derajat Celsius pada Minggu (16/7), dan menurun ke 17 derajat C pada Selasa (18/7). Sementara itu, Lembang, kabupaten Bandung Barat (KBB), mencapai suhu terendah 15,4 derajat C.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan suhu udara minimum mengalami perubahan signifikan, yakni mencapai 17 derajat C.
Suhu minimum normal pada Juli sendiri adalah 18,2 derajat C, sedangkan pada Agustus 17,5 derajat C.
“Suhu dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, yakni pada malam hari. Saat musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan. Akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal,” kata Rahayu pada Rabu (19/7).
Rahayu menambahkan pada malam bumi melepaskan energi. Lantaran tak ada tutupan awan (langit cerah tanpa awan), maka pada malam hingga dini hari radiasi yang disimpan di permukaan Bumi secara maksimal dilepas ke angkasa.
“Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hingga dini hari,” tutur dia.
Selain itu, lanjutnya, “penyebab tambahan mengapa suhu udara menjadi dingin pada puncak musim kemarau adalah karena adanya musim dingin di wilayah Australia.”
“Terdapat pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia, atau lebih dikenal dengan angin monsun Australia,” jelas dia.
Menurutnya, angin monsun Australia menjadi penyebab utama kemarau di Indonesia. Angin ini membawa suhu dingin di Australia ke wilayah Indonesia.
“Fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2023. Pada awal September akan berangsur menghangat kembali,” terang Rahayu.
Bukan Hal Baru
Fenomena suhu lebih dingin di malam hari bukan fenomena baru, melainkan terjadi setiap tahun.
Pada 2021, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal kala itu juga memberi penjelasan mengenai suhu dingin yang terjadi di wilayah pulau Jawa.
Ia mengatakan pada Juli wilayah Australia berada dalam periode musim dingin dan adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.
“Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin,” kata Herizal, dikutip dari laman BMKG.
Sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin,” lanjutnya.
Dia menyebut fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini juga yang dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.(dari berbagai sumber)