Gas Melon Langka di Bali,Mengapa?

Oleh : Dian Wijayanti(Kabiro Bali)

TROL, -Sepanjang bulan Juni tahun ini gas Elpiji 3 kilogram langka di wilayah Bali.

Jika sudah seperti itu harga konsumen dijamin naik, sebab konsumen tidak lagi punya pilihan.Mengeluh adalah suasana batin.

Pengoplosan gas dari tabung 3 kilo yang bersubsidi ke tabung non subsidi jelas merugikan warga (maaf) yang disebut miskin, pelaku usaha mikro yang kebanyakan para pedagang gorengan dan pedagang makanan rakyat jelata.

Penggerebekan yang dilakukan pihak Kodim di kabupaten Gianyar belum lama ini atas dugaan pengoplosan gas dari tabung 3 kilo ke tabung non subsidi adalah aksi nyata oleh TNI dalam membela rakyat. Dan jika benar terjadi pengoplosan maka pihak pemerintah harus memikirkan pengawasan yang lebih efektif.

Pengawasan dimaksud bukan saja gas Melon sampai pada tingkat pengecer, namun yang lebih penting dari pengecer dibeli siapa.

Sebab selama ini kita hanya dengar  pihak pemerintah mengatakan “pasokan aman” atau ketersediaan cukup.

Penimbunan juga membawa ke arah langka-nya gas Melon yang berujung pada naiknya harga konsumen.

Pertamina selalu lebih kurang kita dengan “pasokan sesuai rencana dan mencukupi”.Memang benar pasokan sesuai kebutuhan, namun jika ditimbun oleh mafia , kan tetap saja bisa langka dipasaran.

Tribun-Bali.com edisi (8/6) memberitakan, data antara pemerintah dengan masyarakat di kabupaten Gianyar, Bali tak sesuai terkait kondisi gas LPG 3 kg atau biasa disebut gas melon. Masyarakat menyebut harga gas melon mengalami kenaikan hingga mencapai 2 ribu pasca langka.

Sementara Disperindag Gianyar menyebut harga masih normal, dan mereka juga mengklaim penyaluran gas melon ke warung-warung aman.

Berdasarkan data dihimpun Tribun Bali, Kamis 8 Juni 2023 saat ini gas melon telah mulai tersedia di warung-warung kelontong.Namun jumlahnya masih terbatas.

Kata Tribun, Ni Putu Ariasih saat ditemui di Ubud mengatakan, harga gas melon naik Seribu “Sudah ada (gas melon), tapi harganya naik lagi Seribu,”kata dia.

Sementara Nyoman Sulantara, warga yang tinggal di Gianyar Kota mengatakan, kenaikan tak menentu.Terkadang Seribu, terkadang 2 ribu. Namun ia meyakini, kenaikan tersebut tidak terjadi di agen. Namun kenaikan dilakukan oleh pedagang warung.

“Sebelum langka, biasanya dapat 18 ribu satu tabung. Sekarang kadang 19 ribu, kadang 20 ribu. Kayaknya yang menaikan harga itu warung,”kata dia

Masih menurut Tribun, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gianyar, Luh Gede Eka Suary mengatakan, pihaknya telah memantau penyaluran gas melon ke warung-warung.Iapun menyebut penyaluran saat ini sudah lancar.

“Untuk saat ini di Gianyar sudah aman,” ujarnya.

Dia menjelaskan, kelangkaan yang terjadi beberapa waktu lalu, dikarenakan situasi libur panjang dan kantor agen tutup sehingga menyebabkan pendistribusian gas LPG terhambat.

“Karena libur panjang sejumlah distribusi menjadi terhambat,” ujarnya.

Disinggung terkait harga, Eka mengatakan sampai saat ini harga gas melon masih nomal.

“Tidak ada kenaikan harga. Karena penyebabnya bukan kelangkaan gas tapi terhambatnya distribusi karena pegawai agen penyalur libur,” tandasnya.

Hal lain yang memicu kelangkaan kata pihak pemerintah adalah konsumsi berlebih. Melansir dari merdeka.com edisi Senin (5/6) dengan judul “Gas Melon Langka di Bali, Ini Penjelasan Pertamina”
PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) memberi penjelasan terkait kejadian ini.Area Manager Comm Rel and CSR PT Pertamina Patra Niaga Ahad Rahedi mengatakan, kelangkaan LPG 3 kilogram di Bali diakibatkan peningkatan konsumsi atau permintaan, karena adanya hari libur yang berdekatan atau long weekend.

Meski begitu jika masih terjadi pengoplosan dan penimbunan kelangkaan dijamin seratus persen harga naik warga mengeluh.

Pertamina mencatat pada bulan Mei 2023 lalu terjadi peningkatan konsumsi sebesar 6 persen yaitu 91.348 MT dibandingkan Mei tahun 2022 lalu pada angka 86.153 MT (Metrik Ton).

Untuk kabupaten Gianyar pada 6 Juni lalu Pertamina melakukan ekstra dropping sebanyak 11.760 tabung. Menyusul kabupaten Badung sebanyak 13.440 tabung, kabupaten Bangli 10.640 tabung, kabupaten Buleleng 13.440 tabung, Kabupaten Jembrana 8960 tabung, Kabupaten Karangasem 10.080 tabung, Kabupaten Klungkung 7280 tabung, Kabupaten Tabanan 11.200 tabung, dan
Kota Denpasar 28.000 tabung.

Melihat data – data itu lalu mengapa masih terjadi kelangkaan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *