Mesuryak, Riuh Rebut Uang

foto: antara

TROL, Tabanan – Warga desa Bongan di kabupaten Tabanan – Bali menggelar ritual Mesuryak pada Sabtu (12/8)/.

Masuryak adalah ritual yang dilakukan secara turun-temurun oleh warga desa Bongan untuk merayakan Hari Raya Kuningan. Ritual ini dimaksudkan merayakan hari suci Kuningan.

Berlokasi di Banjar Adat Bongan Gede, suasana perayaan Kuningan berlangsung penuh suka cita .Dalam tradisi ini, anak-anak hingga orang dewasa saling berebut uang seusai melakukan persembahyangan di depan pintu masuk utama rumah tiap warga.

Melansir dari Wikipedia Mesuryak bertujuan untuk memberikan bekal berupa beras dan uang kepada leluhur yang akan kembali Suarga Loka (alam baka)
Upacara ini dilaksanakan pada pukul 9 pagi hingga 12 siang, karena lewat jam 12 siang para leluhur telah kembali ke surga…..

Mengutip detikbali,Kelian Banjar Adat Bongan Gede I Komang Suparman menjelaskan tradisi Mesuryak telah menjadi ciri khas perayaan Kuningan dan telah ada secara turun-temurun. Mesuryak berasal dari kata suryak atau sorak-sorai.

Dalam tradisi ini, warga bersuka cita mengantarkan para leluhur yang telah meninggal kembali ke Sunia Loka atau tempatnya bersemayam. Warga Banjar Adat Bongan Gede meyakini selama Galungan hingga Kuningan, para leluhur tersebut kembali ke rumah masing-masing warga dan berkumpul untuk merayakan dua hari raya tersebut.

“Dan hari ini kami mengantar para leluhur kembali ke Sunia Loka dengan kegembiraan,” imbuhnya. Suparman menjelaskan ritual persembahyangan akan mengawali tradisi Mesuryak. Persembahyangan akan berlangsung di Merajan (pura atau tempat suci keluarga besar).

Dalam persembahyangan tersebut, satu kepala keluarga akan menggelar berbagai persembahan yang terdiri dari sandang dan panganan. Uang turut menjadi salah satu persembahan yang dihaturkan selama ritual persembahyangan tersebut dilaksanakan.

Ritual persembahyangan yang dimulai di Merajan itu akan berakhir di pintu masuk utama rumah. Di sinilah momen masing-masing keluarga melepas para leluhurnya kembali ke Dunia Loka.

Aneka persembahan yang tadinya dipakai sebagai sarana persembahyangan digelar dan diupacarai. Setelah itu, aneka persembahan tersebut akan dibagi-bagikan, termasuk uang yang di masa lalu wujudnya berupa uang kepeng.

“Tidak ada batasannya berapa uang yang harus disediakan. Sebetulnya bukan hanya uang yang bisa dibagikan, buah-buahan dan jajan-jananan juga bisa. Tetapi, lebih banyak yang mengejar sesari berupa uang,” katanya,seperti diberitakan detikbali.

Bagi-bagi uang dengan cara melontarkan ke atas ini juga dimaksudkan sebagai punia atau sedekah. Sehingga dalam tradisi ini, pesertanya bukan hanya dari anggota keluarga yang punya upacara.

“Semua warga banjar juga boleh karena sama-sama dianggap sebagai keluarga,” tukasnya. Uang yang dibagikan dalam tradisi Mesuryak mulai dari pecahan terkecil seperti seribu rupiah hingga 100 ribu, tulis detikbali.

Peserta Mesuryak tidak mengenal usia. Namun, yang paling banyak mengikutinya kalangan anak-anak hingga remaja. Mereka akan saling melompat dan berebut uang yang dilontarkan ke udara.(dian,dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *