foto : istimewa
TROL-Pecel lele, hidangan lele goreng yang lezat, telah menjadi menu andalan di warung sambal khas Lamongan.
Namun, di beberapa daerah di Lamongan, terdapat larangan bagi warganya untuk makan ikan lele.
Larangan ini tidak didasarkan pada pertimbangan daging ikan lele yang dianggap kotor atau alasan rasional lainnya.
Sebaliknya, larangan ini memiliki akar dalam suatu mitos atau cerita rakyat yang telah diturunkan secara turun-temurun.
Mitos ini dimulai ketika Sunan Gresik kehilangan keris sakti miliknya.
Setelah berusaha mencarinya ke berbagai tempat, ternyata keris Sunan Gresik dicuri oleh seorang perempuan bernama Mbok Rondho.
Dalam cerita ini, Mbok Rondho digambarkan sebagai sosok sakti yang memiliki banyak anak buah yang kuat.
Untuk mendapatkan kembali keris saktinya, Sunan Gresik mengutus salah satu prajurit andalannya, Boyopati, untuk mengambil kembali keris tersebut.
Boyopati, mengetahui bahwa rumah Mbok Rondho dijaga oleh banyak pengawal yang sakti, memutuskan untuk mengambil keris secara diam-diam.
Singkat cerita, Boyopati berhasil mengambil keris tersebut, namun aksinya diketahui oleh pengawal Mbok Rondho.
Untuk menghindari kejaran, Boyopati memutuskan untuk bersembunyi di suatu telaga yang dipenuhi oleh ikan lele.
Di dalam telaga itu, Boyopati membuat suatu perjanjian dengan pengawal Mbok Rondho.
Ia berjanji bahwa dirinya dan seluruh keturunannya tidak akan pernah makan daging ikan lele.
Apabila ada yang melanggarnya, akan mendapat kemalangan.
Meskipun kisah ini hanya sebatas mitos, namun hingga kini banyak yang mempercayainya dan mematuhi larangan tersebut.
Masyarakat di beberapa daerah Lamongan tetap memegang teguh larangan tersebut, mempercayai bahwa melanggarnya dapat mendatangkan suatu kemalangan.
Kepercayaan ini menjadi bagian dari tradisi dan budaya masyarakat setempat, menciptakan sebuah larangan yang tidak hanya berkaitan dengan mitos, tetapi juga menjadi suatu nilai yang dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Larangan makan lele dalam mitos Boyopati bukan hanya sekadar pantangan, tetapi juga sebuah kisah yang memperkaya warisan budaya masyarakat Lamongan.(*)