Sosial  

Kasih, Cinta Yang Kuat
Ti, Cerita Penjual Angkringan

foto : Angkringan tempat Ti berjualan/transindonesia

TROL,Tegal – Pernah dengan nasi Kucing? , sambil nikmati tempe bacem,senja di perempatan Procot sebelah SPBU jln Flores Baru kabupaten Tegal, Jum’at (5/5)

Seperti banyak terjadi di prapatan jalanan yang berkostum badut,namun ini lusuh kostumnya terlihat parah.Tapi peduli apa toh sering terlihat di banyak tempat.

Tidak ada istimewanya termasuk jajanan di angkringan yang ada hanya semrawutnya pengguna jalan meski sudah dipelototi lampu pengatur, namun biasa saja-lah namanya saja warga negeri kosong dua.

Di angkringan ini lah cita – cita meneguk kopi terpenuhi, sedari pagi mengalami sulitnya mencari minuman keras berwarna hitam ini.Angkringan ini pun sama dengan tempat lainya hanya sediakan kopi saset dengan berbagai merk dan gambar, tetapi jangan harap jumpai kopi saset gambar wayang ya?, selain kopi Deplok yang jelas mustahil didapatkan disini.

Dengan tidak iklas pesan segelas kopi gambar hewan ber-belalai saja,lumayan bisa mendinginkan suasana hati yang ngidam kopi gambar wayang.

foto: Perempatan Procot, kecamatan Slawi kabupaten Tegal/transindonesia

Ti, Berhati Baja

Belum jelas nama panjang penjual di angkringan ini,Ti hanya terdengan dari warga yang memanggilnya dan balasan sapa penjual kopi ini. Hanya keyakinan saja Ti adalah nama untuknya.

Perempuan berumur 42 tahun pengakuanya tampak tak sesempuna saat berjalan,namun gesit dan tampak sopan dalam balutan cengkok Ngapak. Meski begitu ia pernah urus pengobatan buah hatinya dengan penuh kasih.

Ia ceritakan D anak pertamanya laki – laki yang kini telah berumah tangga penyandang ijazah SMK, masa kecilnya harus menjalani perawatan /pengobatan hampir 3 tahun dengan 2 hari sekali wajib kontrol di rumah sakit Solo. ” harga emas masih 22 ribu per gram, saat itu” isak dia sambil bercerita.

Pun demikian anak ketiganya, lebih dari 3 tahun sejak kelahiranya harus menjalani perawatan intensif di Solo.” Sejak dalam kandungan sudah diponis dokter terjangkit virus, bahkan banyak orang termasuk dokter menyarankan untuk digugurkan, tapi tetap saya tolak dan biarkan dia lahir” disela pecah tangisnya untuk kesekian ratus kali ia bercerita.

Kata dia, sejak anak keduanya kini sudah sekolah di SMK ia berjualan di Bumiayu. Menuju tempat itu dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam,dari rumahnya di kabupaten Tegal. Pekerjaan itu dilakoni hingga kandungan anak ketiganya berusia 3 bulan.

Sejak 10 hari dari kelahiranya ia iklas wara-wiri dari rumahnya ke sebuah rumah sakit di Solo di tempat anaknya yang pertama menjalani pengobatan. Kini S anak laki – laki ketiganya sudah kelas 5 SD. meski bisa beraktifitas namun tak sebaik kakak pertamanya.
S mengalami pengerasan tulang sejak lahir, hal itu terdeteksi sejak dalam kandungan, “ya virus itu tadi kata dokternya” Ti berkisah.

Bisa berjalan namun ukuran kaki tak sempurna, tangan bisa bergerak, bisa untuk memegang, menulis dan lainya namun ukuran juga tidak normal, Ti menambahkan.

Jelang bayar makanan , terdengar suara knalpot sepada motor melambat dan menepi di angkringan. Lelaki tegap dengan tinggi sekitar 167 cm turun dari sepeda motor produk tahun 90-an , ia berikan salam dan dan mencium tangan Ti. Lelaki itu D anak yang diceritakan. Terlihat ganteng, sebab Ti pun masih terlihat garis bekas cantiknya dulu.

Ti pun lantas lanjutkan kisah ,bahwa kasih itu tetap ada. ia katakan ” saya harus berjuang menjadikan anak mampu berbuat untuk dirinya, biar kelak dia tidak merepotkan orang lain.” kata Ti.

Tetangga Telat Sadar

Tak terhitung berapa biaya yang ia keluarkan,keteguhan jiwa , ditengah dirinya sendiri yang bila berjalan terlihat tidak sempurna.Betapa kesusahan yang juga harus dipikul suami dan kerabatnya.

Berbeda dengan tetangganya yang memilih untuk tidak melanjutkan pengobatan anaknya, kini rumah megah berjarak beberapa puluh meter dari rumah Ti merasakan kasih Ti untuk anaknya

Kata Ti, tetangga mengaku sudah puluhan tahun dan entah masih berapa tahun melayani anaknya untuk keperluan makan, minum, mandi, kencing dan beol, yang pasti rutin.
Diketahui tetangga Ti yang anaknya seumuran dengan M hingga kini hanya bisa berbaring, tetap makan, minum dan lainya. (win)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *