TROL, Blitar – KM Mandala kapal penangkap ikan asal Prigi – kabupaten Trenggalek karam di laut kabupaten Blitar pada Rabu (6/9).
Nahkoda KM Mandala Sugianto mengungkapkan hanya 4 dari 23 ABK saja yang bisa berenang. Sementara 19 orang lainnya tidak memiliki kemampuan berenang di lautan.
“Yang bisa berenang hanya 4 orang saja sisanya tidak bisa berenang,” kata Sugianto, asal Trenggalek, Kamis (7/9).
Meski tidak memiliki kemampuan berenang, para ABK tersebut tetap nekat melaut. Bahkan 19 ABK itu tidak membawa pelampung saat melaut.
“Kira-kira terombang-ambing 20 menit malah saya duluan teman-teman masih di perahu tidak pakai pelampung,” imbuhnya.
Kini dari 23 anak buah kapal tersebut, 15 orang telah diketemukan dalam kondisi selamat sementara 8 lainnya masih hilang.Dari 15 korban selamat 10 orang telah dipulangkan ke Trenggalek
Mistis
Sugianto mengaku mengalami hal mistis sebelum perahunya karam di pantai Gayasan, kecamatan Wonotirto.
Pria yang sudah 11 tahun menjadi nahkoda kapal itu mengaku belum pernah mengalami hal aneh seperti Rabu (6/9) malam lalu tersebut.
Menurut Sugianto, saat kapal yang ia kemudian hendak balik ke Trenggalek, tiba-tiba saja kabut tebal turun dengan cepat. Padahal sebelumnya, dia tidak mendapati tanda-tanda kabut akan turun saat memandang lautan.
Peristiwa turunnya kabut tersebut cukup cepat hingga dia terkaget dan tidak bisa mengendalikan kemudi kapal. Hal mistis tidak berhenti di situ. Saat kabut belum hilang, tiba-tiba saja ombak besar menghantam.
Menurut Sugianto ombak tersebut diperkirakan setinggi 7 meter. Besarnya ombak itu membuat perahu kecil yang mengekor di kapal utama pecah dan terbalik.
Bahkan Kapal Mandala yang kemudikan oleh Sugianto juga terbalik. Beruntung, kapal induk bisa membalik ke posisi semula.
“Mencari selah arah untuk pulang, mau pulang ikan sudah cukup.Tiba-tiba ada kabut, tahu-tahu sudah terdampar, ombak besar 7 meter,” ucap Sugianto sembari memegangi badannya yang masih sakit akibat tergulung ombak, Kamis (7/9).
Sugianto mengaku belum pernah mengalami hal seaneh ini. Pria asal Trenggalek itu pun juga mengaku sudah hafal dengan jalur laut yang biasa ia lalui.
Namun tidak tahu mengapa pada malam itu, ada kabut tebal yang tiba-tiba turun dan mengalami pendangannya. Sugianto pun tidak habis pikir apa yang terjadi.
Ia hanya bisa bersyukur karena masih diberi keselamatan ditengah hempasan ombak besar yang menerpa kapalnya.
“Gak ada tanda-tanda tahu-tahu sudah tidak kelihatan, Ndak tahu mas tidak kelihatan. Kapal terbalik satu terbalik tengkurap satunya bisa kembali lagi,” ceritanya.
Saat kapal pecah, seluruh ABK pun berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing. Sugianto bahkan terlempar dari ruang kemudian dan terombang-ambing di lautan lepas selama 20 menit.
“Kira-kira terombang-ambing 20 menit malah saya duluan teman-teman masih di perahu tidak pakai pelampung,” tutupnya.
Cerita ABK
Sunardi, Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Mandala menceritakan peristiwa nahas yang menimpanya. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (6/9) malam.
Saat itu Sunardi bersama 22 ABK lainnya tengah pulang dari mencari ikan . Tiba-tiba saja, ombak besar menghantam dua perahu yang ditumpangi oleh 23 ABK asal Prigi
Akibat perahu utama yang ditumpangi oleh Sunardi terbalik hingga pecah dan menabrak tebing.
“Saat itu jam 9 malam kemudian langsung ada ombak besar dan kapal kemudian oleng kemudian menabrak tebing pantai gayasan,” kata Sunardi, Kamis (7/9).
Sunardi bisa selamat setelah berpegangan pada bagian mesin. Ia pun sempat tergulung ombak beberapa kali dan kenyang meminum air laut.
Ia terdampar di tepi pantai kemudian diselamatkan oleh warga desa setempat.Dia mengalami luka di bagian kaki dan di rawat di Puskesmas Wonotirto.(*)