SDN Karangduak 1 Hadapi Protes dari Orang Tua Siswa Terkait Renovasi Dadakan

foto: Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karangduak 1 yang terletak di Jalan Delima No. 16, Kelurahan Karangduak, Kecamatan Kota

TROL, Sumenep – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karangduak 1 yang terletak di Jalan Delima No. 16, Kelurahan Karangduak, Kecamatan Kota kabupaten Sumenep Jawa Timur, kini tengah menghadapi protes dari sebagian orang tua siswa terkait pelaksanaan renovasi yang dinilai mendadak dan kurang terkoordinir.

Protes ini muncul akibat kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua siswa mengenai jadwal serta dampak renovasi tersebut terhadap proses belajar mengajar.

Renovasi yang dilaksanakan di sekolah tersebut tampaknya tidak ada pemberitahuan sebelumnya kepada para orang tua siswa. Hal ini menyebabkan kebingungan di kalangan orang tua yang tidak mengetahui di mana anak-anak mereka menjalani proses belajar mengajar selama renovasi berlangsung. Sebuah informasi yang diperoleh dari salah satu orang tua siswa, yang meminta namanya tidak disebutkan, mengungkapkan bahwa tidak ada undangan atau surat pemberitahuan resmi mengenai renovasi ini.

“Saya tidak tahu tentang adanya renovasi ini sama sekali,” ungkap wali murid tersebut. “Saat saya berkunjung ke sekolah untuk memberikan uang saku kepada anak saya, saya kaget melihat banyak pekerja di halaman sekolah dan genteng bangunan berserakan. Saya bingung kemana anak saya belajar sekarang, karena sekolah sedang direnovasi. Kenapa pihak sekolah tidak memberi tahu kami?” tambahnya.

Selain itu, protes juga muncul terkait ketidakjelasan mengenai anggaran renovasi. Tidak adanya papan nama kontraktor di lokasi renovasi membuat orang tua semakin tidak jelas mengenai besarnya anggaran dan sumber dananya. Ketidaktransparanan ini menambah kekhawatiran orang tua terhadap pengelolaan renovasi.

Orang tua tersebut juga menyayangkan sikap pihak sekolah yang terkesan tidak peduli terhadap kekhawatiran orang tua. Menurutnya, keputusan mengenai renovasi diambil sepihak tanpa melibatkan atau memberitahukan pihak-pihak yang terdampak, seperti orang tua siswa dan Komite Sekolah. “Apa gunanya ada Komite Sekolah jika tidak pernah dilibatkan dalam keputusan yang berdampak pada siswa?” ujarnya.

Dalam situasi ini, proses belajar mengajar untuk sementara waktu dipindahkan ke rumah-rumah warga sekitar sekolah. Saat dikunjungi, orang tua tersebut menemukan bahwa kegiatan belajar mengajar dilakukan secara lesehan di lantai tanpa meja. Hal ini dianggap tidak memadai dan mengganggu proses belajar siswa yang seharusnya berlangsung dengan fasilitas yang layak.

“Proses belajar mengajar di rumah warga ternyata dilakukan dengan sangat tidak memadai. Anak-anak terpaksa duduk di lantai dan menulis tanpa meja. Ini jelas tidak ideal dan membingungkan, dan lucunya lagi siswa disuruh bawa meja sendiri,” imbuhnya.

Menghadapi situasi ini, orang tua berharap agar pihak sekolah lebih terbuka dalam hal komunikasi dan kordinasi dengan orang tua siswa. Mereka meminta agar pihak sekolah memberikan pemberitahuan resmi dan melibatkan orang tua dalam setiap keputusan penting terkait sekolah.

Ketika dikonfirmasi oleh orang tua Siswa, salah seorang guru di lokasi tempat belajar mengajar siswa mengaku bahwa renovasi ini terkesan mendadak. Guru tersebut juga mengungkapkan bahwa sekolah seharusnya lebih mempersiapkan dan memberi informasi kepada semua pihak yang terlibat untuk memastikan kelancaran proses belajar mengajar selama masa renovasi.

 

(hartono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *