foto : Sumur Amber/ist
TROL, Blitar – Belum banyak orang yang tahu tentang keberadaan Sumur Amber atau juga sering disebut Sumber Amber. Wisata lokal ini berada di desa Kandangan, kecamatan Srengat, kabupaten Blitar.
Sumur Amber adalah tempat pemandian yang bersumber dari mata air alami. Menurut Khabib Jauhari Mustofa, warga yang rumahnya tidak jauh dari lokasi Sumur Amber, konon dulunya ada seorang yang menggali dengan maksud membuat sumur. Namun baru beberapa meter menggali, air sudah keluar dan sampai keluar di permukaan. Maka dari itu diberikan nama Sumur Amber.
Dia menjelaskan, walaupun Sumur Amber belum secara tuntas tertata sebagai tempat pariwisata. Namun jumlah pengunjung yang datang bisa dibilang tidak sedikit.
Pengunjung yang datang ke Sumur Amber bukan hanya berasal dari warga sekitar saja. Melainkan juga dari luar daerah seperti Kediri dan Tulungagung.
“Dulu sebelum ada virus corona, sempat pemuda bersepakat untuk menarik parkir di area sumber. Saat itu jika pengunjung ditanya dimana, jawabnya ada yang dari Kediri juga Tulungagung,” tambahnya.
Sumur Amber sendiri memiliki dua kolam yang berbeda. Satu kolam untuk dewasa dengan kedalaman kurang lebih satu setengah meter dan satu kolam lainya yang memiliki kedalaman kurang dari satu meter yang diperuntukan bagi anak-anak.
Selain suasana yang masih alami, juga terdapat banyak ikan-ikan kecil didalam kolam. Jadi pengunjung bisa merasakan sensasi terapi di sekujur tubuh saat berendam.
Petirtaan ini menurut Gus Abas dan mbah Keni (sesepuh desa -red ) sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu. Sampai pada saatnya situs ini hilang tertutup debu vulkanik, akibat letusan gunung Kelud di tahun 60- an,dan digali kembali ketika ada program ABRI masuk desa sekitar tahun 80- an.
Awalnya program ini akan memanfaatkan air dari luapan sumur ini sebagai sumber irigasi untuk area pertanian setempat.
Lebih lanjut narasumber menceritakan atas inisiasi warga dan kepala desa akan menambah fungsi dari situs ini.yaitu wisata keluarga dan religi.
Sesekali sumber air ini juga diambil oleh umat Hindu untuk ritual keagamaan jelas Gus Abas ( pengelola) pada media inj.
Istimewanya tempat ini sekaligus miniatur spot wisata toleransi beragama karena ketika semua tanggung jawab dikelola oleh umat muslim dilain sisi umat beragama lainnya bebas melakukan ritual keagamaanya di sini.(maksum)