Kuburan,Tempat Minta Kesembuhan di Klungkung

TROL, Klungkung – Ada sebuah cerita tentang kuburan seorang nenek yang terkenal sakti di Klungkung, Bali. Lokasi kuburannya tepatnya berada di desa Akah, Klungkung.

Kuburan nenek sakti di Klungkung ini banyak dipercayai oleh umat Hindu setempat sebagai tempat memohon kesembuhan. Kata lainnya dalam istilah Bali, yaitu tempat untuk nunas tamba.

Tidak banyak masyarakat Bali yang tahu soal kuburan nenek sakti di Klungkung ini. Sebab, sebagaimana yang diketahui bahwa kuburan hanyalah tempat peristirahatan terakhir seseorang yang sudah meninggal.

Memohon kesembuhan di kuburan nenek sakti di Klungkung ini juga tidak sedikit yang berhasil terkabul. Bahkan, tidak jarang juga masyarakat di luar desa Akah sengaja datang ke tempat ini untuk memohon kesembuhan.

Mengenal Sosok Dadong Guliang

Kuburan tempat memohon pengobatan ini merupakan kuburan seorang nenek bernama Dadong Guliang. Dulu semasa hidupnya, ia dikenal sebagai seorang yang sangat sakti.

Dadong sendiri artinya nenek dalam bahasa Bali dan Guliang adalah nama dari salah satu desa yang berada di kabupaten Bangli, Bali.

Dadong Guliang berasal dari Bangli, namun ia tidak diterima oleh masyarakat di sana dan akhirnya ia pindah ke desa Akah di Klungkung.

Saat Dadong Guliang masih hidup, ia mengganggu ketenangan masyarakat setempat dengan ilmu hitam yang dimilikinya.

Dulu, Dadong Guliang pernah tinggal di pemukiman warga desa Akah. Namun, dikarenakan kesaktiannya, ia diminta untuk tinggal di pinggiran desa hingga akhir hayatnya.

Singkat cerita, kuburan Dadong Guliang ini berada di belakang rumah warga bernama I Ketut Kontan. Kuburannya berukuran sekitar 3×6 meter dan berada di lahan milik I Nengah Catur.

Tidak ada yang tahu pasti kapan tepatnya Dadong Guliang meninggal dunia dan bagaimana bisa ia dikubur di sana.

Meski kuburan Dadong Guliang berada di belakang rumah Ketut Kontan, si pemilik rumah dan keluarganya tidak pernah sekalipun melihat atau merasakan hal mistis maupun gangguan dari tempat keramat tersebut.

Meski Ketut Kontan dan keluarganya tidak pernah mendapat gangguan, dulu ada salah satu kru tv nasional yang syuting di daerah kuburan dan ia mengalami kesurupan. Gelagatnya bak seorang nenek-nenek dan diyakini merupakan arwah dari Dadong Guliang.

Di sekitar kuburan Dadong Guliang hanya ditumbuhi satu pohon mengkudu dan ada satu pelinggih (tugu untuk menghaturkan sesajen) yang dibangun sekitar 1999 oleh keluarga I Ketut Kontan.

Ketut Kontan menyatakan bahwa pohon mengkudu itu memang sudah tumbuh sejak lama dan tidak ada yang berani menebangnya.

Dulu diceritakan ada seorang warga yang mengambil batang mengkudu yang tumbang karena sudah lapuk.

Setelah mengambil batang mengkudu tersebut, warga yang bersangkutan itu mengalami kesakitan dan akhirnya menghaturkan sesajen untuk memohon maaf di kuburan tersebut.

Sebab kejadian tersebut, hingga kini walaupun ada batang dari pohon mengkudu sudah lapuk atau jatuh, tidak ada warga yang berani memindahkan atau mengambilnya.

Menjadi Tempat Pengobatan Oleh Masyarakat Bali

Ada sejarah terkenal tentang kuburan nenek sakti di Klungkung ini yang beredar, yang menjadi cikal bakal mengapa kuburannya bisa menjadi tempat memohon kesembuhan.

Ada seorang menantu dari Dadong Guliang yang sakit-sakitan meski sudah berkali-kali melakukan pengobatan, namun tidak ada perubahan.

Melalui inisiatifnya sendiri, orang tersebut memohon kesembuhan di area kuburan Dadong Guliang dan rupanya permohonannya terkabul.

Keajaiban yang terjadi pada menantu Dadong Guliang inilah yang menarik keyakinan warga untuk datang ke kuburan demi memohon pengobatan.

Ada kisah lainnya juga yang diceritakan tentang seorang anak yang berasal dari Bangli yang datang memohon kesembuhan.

Anak ini memiliki tumor di kepalanya yang kemungkinan sulit sembuh melalui medis. Saat ia sedang memohon pengobatan, kepalanya tiba-tiba dijatuhi daun pohon mengkudu.

Akhirnya, daun itu dipakai sebagai boreh (istilah Bali untuk pengobatan tradisional dari bahan alami dengan pengaplikasian seperti menggunakan masker). Setelahnya, lambat laun kondisi anak tersebut membaik.

Kuburan nenek sakti ini tidak hanya jadi tempat memohon pengobatan, namun ada juga yang memohon agar diberikan keturunan.

Ada seorang wanita yang pernah datang ke kuburan untuk diberikan keturunan. Singkat cerita wanita tersebut pun hamil. Sayangnya, ia tidak kembali lagi ke kuburan untuk berterima kasih dan akhirnya dia mengalami keguguran.

Ada Pancoran Tempat Membersihkan Diri

Di area dekat kuburan Dadong Guliang, ada pancoran yang juga diyakini warga setempat berkaitan dengan kuburannya. Pancoran ini terletak di pinggir Tukad Guliang dan dibangun satu pelinggih.

Ada dua pancoran, satu khusus pria dan satunya khusus wanita. Warga sekitar menjadikan pancoran tersebut sebagai tempat pemandian untuk membersihkan jasmani dan rohami (istilahnya melukad dalam bahasa Bali).

Namun, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar jika mandi di pancoran tersebut. Misalnya berkata kotor, meletakan pakaian sembarangan, dan tidak boleh mandi tepat pukul 12 siang.

Sebab, anak dari Ketut Kontan pernah mandi tepat pukul 12 siang di pancoran tersebut dan tidak lama ia jatuh sakit.

Mereka sudah membawa anaknya berobat kemana-mana, namun hasilnya tetap nihil. Akhirnya, Ketut Kontan berinisiatif untuk meminta petunjuk lewat orang pintar dan akhirnya diketahuilah penyebabnya bahwa anaknya tersebut mandi di pancoran saat jam 12 siang.

Hingga saat ini, keluarga I Ketut Kontan berkomitmen untuk menjaga area kuburan maupun pancoran. Mereka juga tidak lupa untuk selalu menghaturkan Yadnya (sesajen) setiap rahinan (hari raya suci umat Hindu). (dian)

 

* radartegal, edisi Sabtu (29/7/2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *