TROL, Blitar – Manajemen Arema FC buka suara wacana penolakan bagi mereka untuk berkandang di Blitar pada musim mendatang. Klub berlogo singa mengepal ini mengaku siap berdialog dengan semua pihak, termasuk mereka yang menolak.
General Manager Arema FC, M. Yusrinal Fitriandi, mengaku ada sejumlah pihak yang masih belum sepenuhnya menerima Arema FC berkandang di Blitar. Karenanya, menurut Inal, sapaan karibnya, manajemen sangat membuka diri untuk berdialog.
“Manajemen Arema FC sangat terbuka untuk mendiskusikannya setelah melakukan verifikasi internal pekan lalu dan bertemu PSSI setempat juga bertemu secara informal dengan Kapolresta Blitar serta Kasatintelkam pada Kamis pekan lalu,” ucap Inal.
Menurut Inal, upaya dialog diperlukan saat ini. Hal tersebut, sambungnya, agar terjadi persepsi yang sama antara semua pihak yang terlibat.
“Memang perlu adanya upaya dialogis untuk menyamakan persepsi yang sifatnya konstruktif,” ungkap Inal.
“Kami yakin masyarakat setempat juga memiliki semangat yang sama,” sambungnya.
Sebelumnya, Arema FC memang berencana berkandang di Blitar pada musim depan. Mereka bahkan sudah meninjau kesiapan Stadion Soepriadi Kota Blitar.
Namun, rencana ini menemui batu sandungan. Ada sebagian pihak yang menolak rencana Arema berkandang di Blitar.
Alasan Pilih Blitar
Lebih lanjut, Inal membeber alasan dipilihnya Blitar sebagai opsi kandang Arema FC musim 2024/2025. Salah satunya, menurutnya, adalah status Stadion Soepriadi yang sudah mendapatkan assessment dari Mabes Polri terkait kelayakan dalam menjalankan pertandingan.
“Memang ada standar tersendiri, salah satunya karena Stadion Soepriadi sudah memiliki assessment dari Mabes Polri, karena pernah diajukan sebagai venue Liga 2 pada Januari lalu,” kata Inal.
“Jadi, tinggal grade-nya ditingkatkan untuk Liga 1,” sambungnya.
Ajukan ke PSSI
Inal pun menyebut rencana Arema FC berkandang di Blitar lebih dari sekadar wacana. Mereka, sambungnya, sudah berkirim surat kepada PSSI Blitar dan Pemkot Blitar.
“Secara administrasi proses sudah berjalan,” papar Inal.
“Assessment dari Mabes Polri jadi bahan surat resmi yang disampaikan kepada PSSI Blitar dan juga Pemkot Blitar,” ia menandaskan.
Wali Kota Menolak
Dilain pihak, wali kota Blitar, Santoso menolak permohonan manajemen Arema FC untuk menggunakan Stadion Soepriadi sebagai kandang dalam ajang Liga 1. Santoso mengaku masih trauma dengan Tragedi Kanjuruhan 2022 dan kerusuhan suporter 2020.
“Beberapa minggu yang lalu saya sudah menerima surat permohonan menggunakan Stadion Soepriadi, namun trauma masyarakat pada 2022 masih belum hilang,” kata Santoso kepada awak media, Jumat (6/6).
Menurut Santoso, baik kerusuhan suporter di Blitar dan Tragedi Kanjuruhan cukup membawa trauma bagi masyarakat. Untuk itu, ia tegas menolak permohonan manajemen Arema FC.
“Masyarakat Kota Blitar pastinya masih tergiang peristiwa tahun 2020 lalu di Blitar. Apalagi kejadian di Stadion Kanjuruhan Malang menjadi catatan tersendiri bagi kami. Makanya untuk saat ini masyarakat Kota Blitar belum bisa menerima Arema FC bertanding di sini,” pungkasnya.
Keputusan Santoso itu sekaligus menganulir pernyataannya sebelumnya. Saat itu, Santoso sempat mengatakan bahwa telah mendisposisikan surat permohonan Arema FC kepada Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) dan Askot PSSI Kota Blitar.(*)