TROL, Sumenep – Sosok wanita berparas anggun, yang lahir di tengah kondisi keluarga yang sangat sederhana di kota Malang 27 tahun lalu, kini mampu mengubah keadaan dengan kondisi yang tergolong mampu.
Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi pada masa kecilnya dulu yang pernah dirasakan oleh keluarga kecilnya, hidup dengan ekonomi yang terbilang pas-pasan.
Bisa dikatakan ekonomi keluarga bergantung padanya sejak menginjak masa remaja, dengan kata lain menjadi tulang punggung keluarga yang harus terus bekerja keras tanpa henti, dengan dibarengi do’a serta ikhtiar secara terus-menerus tanpa mengenal istilah putus asa.
Dalam perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku, pasang surut layaknya air laut di lautan yang kadang membuat perahu kandas karena surut, kadang juga gelombang yang menghantam keras.
Namun semua itu tak membuat Tania, sapaan akrabnya patah arang di tengah kerasnya badai kehidupan, dirinya dipaksa untuk terus bekerja keras dan berdiri tegar melalui konaknya hidup tanpa peduli dengan semua kecuali mengedepankan keluarga kecilnya yang menjadikan seorang Tania bertahan dan terus semangat.
Tania merasa perlu menunjukkan bahwa dirinya mampu melampaui batas mimpi dan angan-angan yang pernah terlintas dalam Dejavu masa lalu yang seolah telah menjalani hidup secara menyeluruh sebelumnya.
Meski kadang pergolakan antara ekspektasi dan kenyataan seringkali berbanding terbalik dengan keinginan yang notabene tak pernah terlintas dalam benak sisi terburuknya sekalipun.
Dalam lintas angan yang seringkali menerawang jauh semasa kecilnya, tak mampu memberikan bias kenangan indah seperti pelangi pada butiran embun di pagi hari, mengantar cahaya mentari berwarna jingga, yang mencipta siluet kerinduan pada ego diri.
Dalam tiap detik berpacu, waktu tak pernah menjanjikan keindahan meski sebatas mimpi, namun harapan dan keinginan yang begitu kuat yang mampu mencipta kenyataan sesuai ekspektasi.
Batu cadas yang seringkali menggores luka pada tapak kaki tak pernah dihiraukan, karena cita dan angan luhur yang terus temani dirinya sepanjang waktu.
Perjalanan kecil yang mampu merajut mimpi, kini tak harus tertebas mimpi yang tak pernah dinanti, dengan harapan biarlah dirinya terus berusaha dan bekerja, urusan hasil itu hanya bonus yang Tuhan hadiahkan pada kaki yang tak pernah terhenti pada kerikil dan batu cadas yang selalu ia lalui setiap saat hingga kini.
(Rudi hartono)