TROL, Tulungagung– Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada tahun 2022 kembali menyelenggarakan ajang Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD). Pada ajang tersebut, program layanan kesehatan di RSUD dr. Iskak Tulungagung masuk dalam nominasi penghargaan.
Program layanan yang menjadi senjata RSUD dr. Iskak Tulungagung dalam konstelasi inovasi program layanan publik itu adalah Si-Monik (Sistem Informasi Manajemen Obat Elektronik).
Inovasi yang digagas sejak 2019 silam ini berhasil masuk 5 besar Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) 2022. Bersama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tulungagung, inovasi ini dipresentasikan dan dinilai oleh BAPPEDA Provinsi Jatim untuk mengoptimalkan layanan publik di wilayah Jawa Timur.
Wadir Pelayanan RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Zuhrotul Aini Sp.A mengatakan, inovasi ini bermula dari permasalahan ketersediaan obat di RSUD dr. Iskak. Mulai dari ketidakjelasan jumlah stok obat yang tersedia, hingga banyaknya perencanaan pengadaan obat yang kurang efektif dan efisien.
“Saya yakin permasalahan ini juga dialami oleh kawan-kawan di rumah sakit maupun layanan kesehatan lainnya, dan RSUD dr. Iskak ini hanya contoh kecil saja, sehingga tercetuslah inovasi ‘Si-Monik’ ini,” jelasnya.
Aini melanjutkan, untuk mendukung pelayanan pasien yang paripurna perlu didukung oleh ketersediaan obat yang diperlukan oleh pasien. Untuk itu, sesuai dengan namanya, Si-Monik bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat di rumah sakit dan akuntabilitas serta tranparansi dalam proses pengadaan obat.
“Sehingga ada bentuk pemantauan dan pengawasan ketersediaan obat maupun saat akan pengadaan obat,” terangnya.
Selain itu, berkaitan dengan implementasi inovasi, Si-Monik cukup membantu para petugas. Terutama seperti saat situasi COVID-19 saat ini. Dimana sirkulasi perputaran kebutuhan obat sangat dibutuhkan untuk mendukung pelayanan kesehatan yang paripurna, sehingga tidak ada lagi alasan untuk keterlambatan obat, maupun pengadaan yang tidak efektif.
Tercatat, dengan adanya inovasi Si-Monik, dapat menekan kekosongan obat hingga 0,06 persen. Sebelum ada Si-Monik, angka kekosongan obat berada pada kisaran 0,1 persen.
Inovasi ini juga mampu menjaga ketepatan waktu penyediaan obat hingga 84 persen. Sementara ketepatan pengadaan obat mencapai 100 persen. “Terbukti adanya inovasi ini sangat membantu dalam pelayanan kesehatan, semoga inovasi Si-Monik dapat direplikasi di daerah-daerah lain dan semakin memaksimalkan layanan kesehatan,” tandasnya. (jk)