TROL, Bojonegoro – Pemkab Bojonegoro bersama Pimpinan Daerah Aisiyah berkolaborasi menggelar lokakarya menyiapkan strategi daerah kelanjutusiaan. Kegiatan ini digelar di Partnership Room lt. 4 gedung Pemkab Bojonegoro, Kamis (21/11). Langkah ini juga sebagai upaya pemerintah mewujudkan lansia bermartabat.
Menurut Ike Widyaningrum, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro, bahwa terkait kebijakan kegiatan kelanjutusiaan, saat ini Pemkab Bojonegoro telah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2025-2045. Misinya adalah Bojonegoro Sentra Agroindustri dan Energi Negeri, Maju, Sejahtera, Berdaya Saing dan Berkelanjutan. Misi itu diwujudkan melalui upaya mewujudkan SDM unggul dan berakhlak, mewujudkan perekonomian yang kokoh berbasis ekonomi hijau dan kerakyatan. Juga mewujudkan infrastruktur dan lingkungan hidup berkualitas, serta mewujudkan tata kelola pemerintahan kolaboratif dan adaptif.
“Isu kelanjutusiaan ini masuk dalam misi mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berakhlak yaitu mewujudkan lansia bermartabat,” imbuhnya.
Ike, sapaan akrabnya, juga menyampaikan jumlah lansia di Kabupaten Bojonegoro sebanyak 235.078 jiwa atau 17,25 % dari jumlah penduduk total. Pemerintah Bojonegoro juga telah melakukan beberapa program bagi lansia, diantaranya promosi gaya hidup dengan senam lansia, posyandu lansia, bantuan jamban sehat, dan program aladin.
“Bahkan program bantuan sosial berupa Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) daerah dan rantang kasih,” jelasnya.
Tak lupa Ike Widyaningrum berpesan dengan adanya program kelanjutusiaan ini diharapakan lansia di Bojonegoro bisa lebih produktif. Diantaranya peningkatan segi kesehatanya, sehingga dapat berperan bagi keluarga dan lingkunganya
Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Aisiyah Bojonegoro Zuliatin Lailiyah menyampaikan bahwa Indonesia saat ini sedang memasuki fase ageing population (penuaan penduduk). Yaitu proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang semakin meningkat.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia pada tahun 2023, sebanyak 12 % atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia masuk kategori lansia. Kementerian PPN/Bappenas memproyeksikan, pada 2045 mendatang, penduduk lansia akan berjumlah sekitar 61,4 juta jiwa atau sekitar 20-25 % dari total penduduk. Jumlah ini akan terus meningkat di masa mendatang.
“Di antara jumlah lansia tersebut, masih terdapat lansia dari kelompok rentan, baik itu lansia miskin, terlantar, dan lansia disabilitas,” ucapnya.
Lebih lanjut Zuliatin mengatakan bahwa situasi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi upaya pembangunan agar peningkatan jumlah lansia diiringi dengan meningkatnya kualitas hidup lansia. Isu ini sangat penting, sehingga upaya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup lansia harus bersifat holistik serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Yakni oleh pemerintah, penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan Aisyiyah, perguruan tinggi, organisasi profesi, swasta, filantropi, hingga media.
“Aisyiyah sendiri sebagai organisasi perempuan berkemajuan yang juga memiliki fokus kerja pada isu lansia telah menginisiasi program Daycare Lansia, yaitu program pelayanan lansia berbasis masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup lansia,” ujarnya.
Zuliatin juga berharap dengan kolaborasi ini bisa meningkatkan wawasan, mendorong adanya strategi daerah kelanjutusiaan, dan sinergi multi pihak untuk mewujudkan kehidupan lansia yang bermartabat. (adi)