TROLL,Tulungagung – Putu Ayu,jajanan yang bisa didapatkan di banyak tempat lantaran memiliki banyak varian.Tetapi ini tidak banyak yang harus dibicarakan soal Putu Ayu si jajanan berbahan tepung itu.
Adalah Karto menurut dia umurnya 55 tahun pada saat perbincangan ini berlangsung Sabtu (29/6) jam pada ponsel tertera 20.13 yang saya lihat.
Sambil memproduksi jajanan untuk pesanan 3 anak yang jumlahnya lumayan banyak untuk ukuran anak desa ,saya tanya – tanya mulai dari obrok ,gas melon hingga air yang digunakan.
Henyak juga setelah dikatakan olehnya.Yaitu anak satu-satunya lelaki yang kini bekerja di tengah lautan Arab.Tidak saya tanyakan ikut negara mana lautan itu,sebab keyakinanku jawabanya pasti tidak benar alias se-kena-nya saja.
Si anaknya yang tidak saya tanyakan namanya sudah memasuki tahun ke 3 kerja di pengeboran minyak di laut lepas.Lulusan Geologi ITB yang sebelumnya bekerja pada pertambangan di pulau Kalimantan.
“Ngga nyangka mas ,hanya do’a saya dan istri kekuatan saya.Hanya jualan seperti ini .Hanya sabar tok mas” kata dia.
Lantas dia dengan sedikit menyembunyikan jawaban pertanyaanku ,ya pokoknya tidak sampai 300 juta lah yang dia dapat dalam 1 bulan.”Sering pulang kok mas,memang cara kerjanya begitu kata anak saya”.
Karto yang berjualan gunakan sepeda motor Honda Supra yang perkiraan ku keluaran lama ,saban sore berkeliling disertai suara khas pedang Putu Ayu. Tak mengenal target penjualan bagi dia.Katanya biar pisiknya tidak gampang rapuh termakan usia.
Setelah terdesak oleh ledekan ku barulah dia katakan ” sama anak saya tidak boleh jualan sebenarnya,namun saya beri alasan biar tidak cepat rapuh pisik saja ,lalu anak saya melunak dan membolehkan saya jualan dengan catatan tidak boleh sampai malam ,dan tidak jauh – jauh”.
Benar saja, nyatanya dia ambil ponsel di sakunya dan anaknya di tengah laut lepas menelpon.” Nah seperti ini anak saya mas tiap malam ngontrol” sambil dia masukan hp yang saya yakin hp itu harganya puluhan kali harga hp yang ku pegang,pada sakunya.
Waduh hp nya bagus pak kataku,berapa harga belinya pak.dia bilang diberi anak mas ngga boleh dijual,katanya harga baru sama dengan harga 2 ekor sapi babon.
Bisa untuk apa saja pak itu HP-nya,dia dengan tenang sambil merapihkan pesananku seharga 15 ribu menjawab saya hanya bisa menerima telpon saja,lainya tidak bisa dan tidak berani coba utak atik hp.
Karto mengaku sejak tahun 1985 sudah menekuni usaha ini.Sebelumnya selama 11 tahun ia menjajakan kaki usaha ini di kabupaten Bojonegoro. Tahun 2015 Karto pindah ke Tulungagung sebab isteri yang sebelumnya bekerja di kawasan Jakarta berhenti dan mengikuti kakaknya yang sudah lebih dulu menetap di Tulungagung sebagai penjual jamu.
Karto dan isterinya berasal dari wilayah Jawa Tengah ,kabupaten Wonogiri ,yang menurut pengakuannya disekitar rumahnya satu perdusunan 90 persen lebih usaha kue Putu Ayu di desa Gunungan kecamatan Manyaran,bagian barat wilayah kabupaten yang terkenal dengan waduk Gajah Mungkur itu.
Putu Ayu
Wikipedia menyebut,kue putu adalah jenis kudapan tradisional Indonesia berupa kue dengan isian gula jawa, dibalut dengan parutan kelapa, dan tepung beras butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas ttuuuuu..~ uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.
Kue putu ini umumnya dihidangkan dalam warna putih dan hijau. Sedangkan dalam varian Putu Bugis (berasal dari Sulawesi Selatan), biasanya kue dibuat menggunakan bahan seperti beras ketan hitam tanpa gula sehingga menghasilkan warna kue putu yang gelap cenderung hitam. Putu Bugis biasanya dimakan dengan taburan parutan kelapa dan sambal, serta hanya dijual pagi hari sebagai pengganti sarapan yang praktis.
Melalui diaspora Jawa dan Bugis, kue putu juga dipopulerkan ke negara lain oleh orang Jawa dan Bugis, seperti ke Singapura dan Malaysia.
Kue Putu kemungkinan merupakan kudapan yang berasal dari India yakni kue Puttu . Persebarannya dipengaruhi oleh para pedagang atau pendatang dari India. Sebab di India kue ini tercatat pada abad 15, sedangkan di nusantara baru ada pada pada abad 18 dan tercatat pada tahun 1814.(*)