Oleh : Luthfiyah Mufidah
Produk UMKM Sushi.kuu
Perekonomian Indonesia mulai pulih setelah terkena dampak wabah pandemi Covid
yang berlarut-larut. Berbagai upaya untuk menghidupkan kembali perekonomian telah
digalakan oleh pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah menggencarkan dan
pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Pelaku bisnis baru bermunculan dan
menjamur, terutama di kalangan Milenial dan Gen Z. Minat generasi milenial untuk memulai
berbisnis semakin bertambah seiring dengan maraknya gaya hidup era modern untuk
mendorong kebebasan finansial, khususnya di kalangan milenial.
Wabah pandemi Covid mengakibatkan Indonesia mengalami guncangan penawaran.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan angka pengangguran. Ketika permintaan tenaga kerja
menurun sehingga mengakibatkan situasi demand reserve. Situasi ini disebabkan belum
jelasnya tindakan pemerintah dalam memberikan kebijakan ekonomi yang dapat memberikan
keringanan kepada masyarakat sehingga masyarakat yang terkena dampak mengalami
penurunan pendapatan.
Menurunnya pendapatan masyarakat menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Dengan kondisi tersebut, investor pasti sangat ragu untuk berinvestasi hingga
keadaan kembali normal. Dapat disimpulkan bahwa situasi pandemi Covid-19 saat ini telah
membuat keadaan ekonomi Indonesia menjadi sangat buruk.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat adalah kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter. Kebijakan ini dilaksanakan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat
karena keduanya berperan strategis dalam kelancaran implementasi kebijakan yang ditujukan
untuk merevitalisasi perekonomian Indonesia.
Pemerintah menempuh kebijakan fiskal dengan
harapan dapat mengurangi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia yang disebabkan
oleh pandemi Covid-19. Selain itu, kebijakan tersebut ditujukan untuk merevitalisasi kegiatan
pelaku ekonomi, termasuk UMKM.
UMKM merupakan pilar terpenting perekonomian Indonesia. Jumlah UMKM di
Indonesia adalah 64,19 juta, dimana usaha mikro dan kecil sangat mendominasi, yaitu 64,13
juta, terhitung sekitar 99,92 persen dari seluruh sektor usaha. Pandemi COVID-19 memberikan
dampak negatif bagi UMKM. Menurut keterangan dari Katadata Insights Center (KIC),
sebagian besar UMKM (82,9 persen ) merasakan dampak negatif dari pandemi ini dan hanya sedikit
(5,9 persen) yang merasakan dampak negatif pertumbuhan modal positif, penurunan tagihan listrik
pembayaran dan dukungan keuangan lainnya.
Dengan demikian, para pelaku usaha, termasuk UMKM, harus berinovasi dalam
memproduksi barang dan jasa sesuai dengan permintaan pasar. Mereka juga dapat
mengembangkan banyak ide/ide bisnis baru yang berkontribusi dalam penyelesaian
permasalahan sosial ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi (social entrepreneurship).
Menurut penelitian dari Asia Pacific Young Entrepreneurs Survey 2021, 72 persen Gen Z
dan Milenial di Asia Pasifik ingin menjadi pengusaha. Survei lain oleh perusahaan nutrisi
global Herbalife Nutrition menemukan bahwa hampir 9 dari 10 orang atau 87 persen responden
percaya bahwa usia terbaik untuk memulai bisnis adalah di bawah 40 tahun. Usia rata-rata
terbaik adalah 27 tahun. Ada banyak cara untuk mencari peluang bisnis. Selain memahami
kebutuhan pasar, calon pengusaha juga harus memiliki pengetahuan tentang bidang usaha yang
akan digelutinya.
Dengan latar belakang menurunnya daya beli masyarakat dan menurunnya pendapatan
masyarakat paska pandemi Covid serta susahnya jangkauan penjualan makanan jepang
terutama sushi. Hal ini dimanfaatkan sebagai peluang usaha oleh mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, Luthfiyah Mufidah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
membuka brand usaha bisnis sushi dengan kisaran harga yang cukup terjangkau antara 16 ribu
hingga 20 ribu hal ini sesuai dengan target market dikalangan mahasiswa UMP, UNSOED,
UHB, dan kampus kampus sekitar Purwokerto.
Lulu panggilan akrabnya, mengutarakan bahwasanya mahalnya harga sushi dan
minimnya penyedia café & resto Jepang di area Purwokerto menjadi pemicu untuk membuka
usaha bisnis sushi dengan harga murah meriah. Brand tersebut diberi nama sushi.kuu yang
menjadi harapan sushinya bisa menjadi sushi untuk semua kalangan masyarakat.
Sesuai dengan
survey pasar yang dilakukan sebelum membuka usaha bahwasanya jauhnya jangkauan penikmat
Sushi di Puwokerto menjadi kegelisahan, jarang atau tidak pernah menikmati makanan Jepang
tersebut.
Dengan kemudahan teknologi saat ini sushi.kuu melebarkan sayap bisnisnya dengan
pengelolaan digital marketing melalui sosial media. Kemudahan akses informasi menjadi
pelumas dalam ajang membrandingkan bisnis sushi tersebut. Diharapkan brand sushi.kuu dapat
mendapatkan suntikan dana oleh berbagai stakeholder untuk bisa membuka peluang usaha di
berbagai kota.( penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Purwokerto)