foto: seni dongkrek/istimewa
TROL, Madiun – Upacara HUT ke-78 RI Kabupaten Madiun di alun – alun Caruban dimeriahkan kesenian tradisional asli Mejayan yaitu Dongkrek yang merupakan tarian khas kabupaten Madiun.
Dikesempatan ini bupati Madiun H Ahmad Dawami minta generasi muda untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan kemerdekaan yang semakin berat.
“Pesan untuk generasi muda bahwa tantangan di tahun-tahun berikutnya semakin berat lagi. Harus disiapkan secara fisik dan mental,” ujar bupati yang akrab disapa Kaji Mbing tersebut, Kamis (17/8).
Pada upacara tersebut, bupati Madiun tampak mengenakan pakaian adat Jawa.
Tampak pula Kapolres Madiun AKBP Anton Prasetyo beserta pimpinan OPD se- kabupaten Madiun
Mengutip Wikipedia, Dongkrek adalah kesenian daerah asli dari desa Mejayan, kecamatan Mejayan, (dulu Kawedanan Caruban) kabupaten Madiun, Jawa Timur .
Kesenian ini berupa tarian dan iringan musik yang mengkisahkan upaya Raden Ngabei Lo Prawirodipuro dalam mengatasi pageblug mayangkoro, dimana saat itu masyarakat Mejayan terkena wabah penyakit dikisahkan pagi harinya sakit sore harinya meninggal, begitu pun saat sore sakit maka paginya meninggal.
Upaya Raden Ngabei Lo Prawirodipuro dalam mengusir pageblug mayangkoro inilah yang menjadi inti cerita dari kesenian dongkrek ini
Asal
Asal muasal seni dongkrek lahir sekitar tahun 1867 di Onderdistrik (kecamatan) Mejayan, Kawedanan Caruban.Kesenian itu lahir pada masa kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawiradipura yang menjadi Palang (jabatan setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa.
Sementara itu di distrik Caruban pada waktu itu dipimpin oleh seorang Wedana, yang bernama Raden Ngabei Prawiradipura II putra dari Raden Tumenggung Prawiradipura I, besan dari Raden Tumenggung Wignya Subrata (bupati Caruban) karena putra ke-4 menikah dengan Raden Ngabhei Prawiradipura II.
Pada tahun 1867, Caruban sudah menjadi distrik dengan Wedananya, Raden Ngabei Prawiradipura II.
Sebelumnya distrik Caruban itu merupakan wilayah kabupaten Caruban. Kabupaten Caruban yang sudah ada sejak ratusan tahun. Raden Tumenggung Natasari, Raden Tumenggung Jayengrana II, Raden Tumenggung Wignya Subrata, dan bupati Terakhir Raden Tumenggung Martanagera adalah bupati dari trah Raden Adipati Harya Metahun Suranegara dari Jipang.
Raden Lo Prawiradipura (Palang Mejayan) itu putra dari Raden Ngabehi Prawiradipura II (Wedana Caruban) dari garwa (isteri) ke-2. Sedangkan saudara tunggal bapak dari garwa ke-1 adalah Raden Ngabehi Prawirapraja (Asisten Wedana Ringinanom) Panaraga.
Kesenian dongkrek yang berasal dari Palang Mejayan itu pada akhirnya berkembang di seluruh wilayah distrik Caruban atau bekas kabupaten Caruban dan selanjutnya keseluruh wilayah kabupaten Madiun.
Masa Kejayaan
Kesenian dongkrek pernah mengalami masa kejayaan antara 1867 – 1902.
Setelahnya, perkembangannya mengalami pasang surut seiring pergantian kondisi politik di Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, kesenian Dongkrek dilarang oleh pemerintahan Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan kesenian rakyat.
Saat masa kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian genjer-genjer yang dikembangkan PKI untuk memperdaya masyarakat umum. Sehingga kesenian dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik
Pencatatan
Kesenian Tradisional Dongkrek telah tercatat pada Dinas Pendidikan Nasional (kini Kementerian) pada tahun 2013 dengan nomer registrasi nasional 2013003408
Seni pertunjukan asli Mejayan saat sekarang tampil dalam bentuk seni pertunjukan, walaupun di Mejayan tetap melestarikan Dongkrek sebagai ritual. Bentuk sajian dongkrek sebagai sarana ritual terbilang cukup sederhana. Sajian Dongkrek itu berupa prosesi arak-arakan yang diikuti oleh 34 orang penari.(fifah)