Oleh : Moh. Rofiq Risandi
Mahasiswa Universitas Islam Malang.
TROL, Satu tahun terakhir ini, kita di pertontonkan dengan carut marutnya politik dan buruknya indeks demokrasi di Indonesia. Kelompok penguasa berangkat dari kepentingan pribadinya dan tidak memikirkan rakyat, mengejar kursi sana sini sampai lupa diri, kepentingan elit yang akan terus berkelanjutan tanpa adanya sebuah pertimbangan.
Akan kah, kita dari tahun ke tahun selalu di pertontonkan dengan drama adu pinalti? Mulai dari maraknya korupsi seolah-olah menjadi ajang kompetisi, putusan MK yang katanya adalah politik dinasti. Setiap tahun kita selalu di pertontonkan dengan hal semacam ini, akankah sistem ketatanegaraan kita akan seperti ini?
Para elit sudah mengatur starategi untuk menjadi King Maker di negri ini. Masyarakat sudah menjadi abu-abu politik, terhipnotis dengan drama yang di permainkan sana-sini.
Awal tahun kontestasi politik 2024, pemerintah sudah membuka orderan terhadap seluruh penyelenggara pemilu, terpilih semuanya karna atas dasar pesanan, negara bilang, oke. Pada kontestasi ini siapa yang akan di loloskan. Jadi, pemerintah sudah memberikan contoh yang sangat buruk terhadap kita.
Pemerintah tidak memberikan ruang bagi mereka yang memiliki kapabilitas dan kualitas berpikir. Pemerintah tidak memberikan ruang untuk mereka agar tarung gagasan bukan tarung bekingan.
Inilah yang akan menghancurkan masa depan bangsa, jika pemuda, jika masyarakatnya sudah di pertontonkan dengan hal-hal yang tidak begitu etis dan elok untuk di pandang, penurunan degradasi moral, amoral. Hancurnya masa depan bangsa di tangan para penguasa, memperkaya kelompok dan sanak keluarga dan rakyatnya akan semakin sengsara.
Kebebasan berekspresi sudah di ancam pidana, gerakan-gerakan mahasiswa dan lapisan masyarakat sudah tak lagi menjadi pusaka sebagai penolong masyarakat sebelum terjadinya bencana. Hal ini sudah pudar dan musnah seketika saja, entah apa yang menjadi padangan mereka, seolah-olah mereka yang ingin mengendalikan negara dengan seribu cara.
Menjadi kegelisahan bagi kita semua melihat gaduhnya kondisi negara pada saat sekarang ini, pertarungan politik yang menjadi ajang perebutan kekuasaan. Sampai kapan kita akan menjadi penonton film dramatis ini?
Apakah kita harus menjadi pemain sehingga bisa merubah semua sistem yang ada di negara ini? Mengingat perang rakyat sudah tidak membuat negara ketar ketir, demonstrasi sudah di anggap permainan yang biasa saja.